4 Hal yang Dicontohkan Nabi SAW Tentang Cinta: Fakta Hati Manusia, Sikap Jika Ada yang Menyatakan Cinta, Doa Pelipur Lara & Cara Tuhan Mencintai
BINAJATI – Hati dalam bahasa Arab disebut sebagai qalb. Secara etimologis, qalb memiliki arti “berbalik”. Maka disebut sebagai hati karena ia sering berbolak-balik. Kadang merasa sedih, kadang berbahagia. Kadang merasa marah kadang pula merasa berbunga. Oleh karena itu, menjaga stabilitas hati adalah bagian penting dari ajaran agama Islam. sebagaimana hadis nabi yang berbunyi,
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah sesungguhnya di dalam badan terdapat segumpal daging, jika ia bagus maka bagus seluruh badannya dan jika ia rusak maka rusak seluruh badannya, ketahuilah, (segumpal daging itu) ialah hati.” (HR Muslim)
Bahkan imam Ahmad dalam riwayatnya menyebutkan,
لاَ يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ
“Tidak tegak (benar) iman seorang hamba sampai tegak (benar) hatinya.”
Oleh karenanya, Islam sungguh memberikan peringatan kepada umatnya untuk memperhatikan kondisi hati mereka. Apalagi sebagai bagian penting tubuh manusia yang paling tidak stabil (taqallub), hati menjadi tempat bertarung antara kesadaran diri manusia melawan musuhnya, yakni hawa nafsu dan setan.
Maka penting kiranya untuk mengetahui karakteristik kondisi hati manusia. Agar manusia dapat mawas diri atas kondisi hatinya masing-masing. Sudah sejauh mana tingkatan hati mereka. Sehingga evaluasi diri secara terus menerus dapat dilakukan dalam rangka mengkontrol gejolak hati manusia.
K.H. Sholeh Darat dalam kitabnya yang berjudul Hadzihi Kitab Munjiyat menyebutkan empat tingkatan kondisi hati manusia, yaitu:
Pertama, hati yang menempati posisinya sebagai karakter binatang buas. Hati semacam ini lahir saat seseorang menampilkan amarahnya.
Baca juga: Inilah 6 Sifat dan Kepribadian Wanita yang Ampuh Bikin Klepek-klepek Lelaki
Menurut kiai Sholeh Darat, manusia yang sedang marah hatinya menempati kondisi karakter binatang buas. Ia tidak dapat mengontrol kesadarannya sendiri dan cenderung liar.
Kedua, hati yang menempati posisinya sebagai karakter binatang ternak seperti kerbau dan sapi. Hati orang-orang semacam ini lahir dari kondisi mereka yang terlalu cenderung patuh dan menuruti syahwat.
Kehidupan yang hanya dilingkupi oleh kesenangan mencerminkan binatang ternak yang hanya berfikir soal makan dan beranak pinak. Kecenderungan gaya hedonisme di era sekarang, pemuasan diri atas kebahagiaan hidup, dapat mengarah pada kondisi hati dalam karakteristiknya yang kedua.
Ketiga, hati yang menempati sifat atau karakternya setan. Karakter ini muncul saat manusia justru terjebak pada bisikan setan yang menjerumuskan.
Bisikkan setan ini berwujud dalam bentuk meninggalkan ajaran agama, melalaikan perintah agama dan lain sebagainya.
Keberhasilan setan menggoda nabi Adam dan Hawa’ adalah contoh betapa hati manusia rawan dimanipulasi oleh setan.
Keempat, hati yang menduduki sifat ketuhanan. Menurut kiai Sholeh Darat, kondisi hati yang demikian tercermin dalam perilaku dan sifat manusia.
Seseorang yang kondisi hatinya menduduki sifat ketuhanan ia akan cenderung menyukai hal-hal yang mulia dan benci terhadap hal-hal yang hina di mata agama. Selain itu, ciri lain dari kondisi hati yang keempat ini ialah menyukai ilmu pengetahuan dan benci terhadap kebodohan.
Dari keempat macam kondisi hati ini beserta karakteristiknya dapat dijadikan alat ukur sejauh mana kualitas hati kita. Karena sebagaimana hadis di atas, hati yang akan menjadi driver dalam kehidupan manusia. Sehingga kualitas kehidupan manusia sangatlah tergantung dari sejauh mana kualitas hatinya.
Doa Ketika Ada Orang yang Menyatakan Cinta Sesuai Sunnah Rasulullah
Kita seringkali mendengar ungkapan aku mencintaimu karena Allah. Cinta di sini bisa berupa ketertarikan pada lawan jenis atau ekspresi pertemanan yang begitu dekat. Oleh karena itu, ungkapan ini terkadang diungkapkan oleh seorang lelaki pada perempuan, perempuan pada perempuan, atau lelaki pada lelaki.
Saat ada yang bilang aku mencintaimu karena Allah, lantas bagaimana kita menjawabnya? Rasulullah mengajarkan doa pada orang yang menyatakan cinta tersebut sebagai berikut,
أحبك الذي أحببتني له
"Ahabbakal ladzi ahbabtani lahu."
Artinya: Semoga Allah mencintai kamu yang cinta kepadaku karena-Nya.
Baca juga:
• Nasihat Luar Biasa dari al Imam Abu Hanifah yang Bisa Menginspirasi para Jomblo
• Inilah kisah Cinta Seorang Mujahid yang Berakhir Tragis
Doa ini diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik,
عن أنس بن مالك رضي الله عنه: «أن رجلا كان عند النبي صلى الله عليه وسلم فمر به رجل، فقال: يا رسول الله إني لأحب هذا، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم: أعلمته؟ قال: لا. قال: أعلمه. قال: فلحقه، فقال: إني أحبك في الله، فقال: أحبك الذي أحببتني له» . رواه أبو داود (5125) .
Diriwayatkan dari Anas bin Malik yang menceritakan bahwa seorang lelaki berada di dekat Rasulullah. Kemudian ada lelaki lain yang menghampirinya. Dia (lelaki yang pertama) bilang pada Rasulullah, “Rasul, saya mencintai orang ini (lelaki kedua).” “Apakah kamu mengenalnya?” tanya Rasulullah pada lelaki yang pertama tadi. “Tidak,” jawab lelaki itu. “Ya sudah, kenalan sana,” perintah Rasulullah. Lelaki itu pun mendekati temannya yang belum ia kenal dan bilang, “Aku itu sungguh mencintaimu karena Allah.” “Semoga Allah mencintai kamu yang cinta kepadaku karena-Nya,” jawabnya.
Menurut Syekh al-Arnaut, kualitas hadis ini shahih. Hadis ini diriwayatkan dalam beberapa kitab hadis lainnya, seperti Musnad Ahmad, al-Tarikh al-Kabir karya Imam al-Bukhari, al-Ja’diyat karya Imam al-Baghawi, ‘Amalaul Yaum wal Lailah karya Ibnu al-Sunni, al-Mustadrak karya Imam al-Hakim, Syu’abul Iman karya Imam al-Baihaqi, dan sebagainya.
Cintailah Semua Manusia, Tapi Jangan Sedih Kalau Kecewa
Diperbincangkan tiada habisnya, apalagi sampai merasakan, rasanya tidak pernah mudah untuk dideskripsikan. Kalau pun dideskripsikan, ada banyak sekali “tafsiran” yang berbeda-beda. Begitulah cinta.
Dari perbincangan, persinggungan tentang cinta, ada banyak sekali karya cipta yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari kebudayaan manusia yang dihasilkan dari persinggungannya dengan cinta. Banyak yang mengarah kepada meluhurkan manusia, tapi banyak juga yang mengantarkan manusia ke jurang yang merendahkan kedudukannya sebagai manusia.
Baca juga: 4 Cara Menjaga Pertemanan Tetap Awet dan Utuh Selamanya
Sebagai bagian dari hiruk pikuk perbincangan di dunia tentang cinta, manusia bahkan ditakdirkan untuk menciptakan lirik-lirik yang menggambarkan persoalan ini. Banyak sekali. Saya sekadar mengambil contoh saja (untuk mengambil pesan dan hikmah). Misalnya lirik lagu yang ditulis grup musik Queen berjudul Under Pressure. Salah satu bagian liriknya bercerita tentang pentingnya cinta agar kita lebih perhatian terhadap kondisi orang lain,
Cause love’s such an old fashioned word. And love dares you to care for. The people on the edge of the night. And love (people on streets) dares you to change our way of. Caring about ourselves. Translate: Karena cinta terlihat seperti ungkapan yang kuno. Namun cinta membuatmu tergerak untuk perhatiane. Kpada orang-orang di ujung malama. Dan mencintai (orang-orang yang lalu lalang di jalan) membuat berani merubah cara kitae. Mmperhatikan diri.
Dalam relasi hubungan sesama manusia, kadang mencintai sampai pada tingkat keinginan “memiliki” tak jarang berakhir kepada kekecewaan. Wajar saja, karena manusia memang makhluk yang tidak sempurna dan penuh kekurangan. Saya ambil contoh lirik pada lagu Mr. Big yang berjudul Just Take My Heart,
Just take my heart when you go. I don’t have the need for it anymore. I’ll always love you, but you’re too hard to hold. Just take my heart when you go. Translate: Ambillah hatiku ketika kamu pergi. Saya sudah tidak membutuhkannya lagi. Saya ingin terus mencintaimu, tapi terlalu sulit untuk dipertahankan. Ambillah hatiku ketika kamu pergi.
Terkait dengan mencintai manusia yang acapkali tidak selalu seperti yang diharapkan, saya ingin tutup dengan nasihat dari Al-Habib ‘Ali al-Jufri, via akun twitter-nya, yang menyampaikan mencintai sesama manusia ini, tapi harus tetap tulus lillahi ta’ala. Berikut pernyataannya,
أحِبّ الناسَ، وأحبّ للناسِ الخيرَ، ولا بأس في أن تُحبَّ محبةَ الناس لك في الله، لكن لاتطلب المكانة لدى الخلق، فذلكم الحجاب، والفرق بين الأمرين كبيرٌ وإن كان دقيقًا.
Cintailah manusia. Mencintai manusia itu baik. Dan tidak apa-apa anda senang dengan cinta dari manusia dengan niat karena Allah. Tapi jangan kamu berharap murni hanya kepada makhluk. Itulah momen terhijab dirimu (dengan Tuhan). Perbedaannya sangat tipis tapi begitu besar.
Baca juga: Cara Gampang untuk Mengetahui Cinta Sejati atau Cinta yang Modus, Inilah Tipsnya untuk Anda
Ini selaras dengan ungkapan dalam hadis Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Aisyah Ra. (sebagian menyebut hanya sah merupakan pernyataan Aisyah Ra., ada juga yang berpendapat benar merupakan sabda Rasulullah Saw.),
مَنْ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنْ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
Siapa yang mencari keridaan Allah dengan (beresiko) mengecewakan manusia, Allah akan cukupkan langsung kadar kepuasan dari manusia itu. Dan siapa yang mencari keridaan manusia (tapi) dengan (beresiko) “mengecewakan” Allah, Allah akan titipkan “kekecewaannya” itu (suatu saat) pada manusia.
Bagaimana Bentuk Cinta Tuhan pada Hamba-Nya?
Mendapatkan julukan al-Ustadz, ‘Abdu al-Karim bin Hawazin bin ‘Abd al-Malik bin Tholhah bin Muhammad, atau lebih dikenal dengan Abu al-Qasim al-Qusyairi (l. 986 M – w. 1072 M) adalah diantara ulama besar yang lahir dari kata Khurasan, kini masuk di wilayah negara Iran.
Ia adalah diantara rombongan orang-orang Arab yang bermigrasi ke wilayah Khurasan ini.
Khurasan adalah kota yang banyak melahirkan para sarjana-sarjana besar yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Dinasti Seljuqiyyah (Seljuk).
Al-Ghazali (w. 505 H/1111 M), pernah memimpin salah satu akademi keislaman terbesar di kota ini, al-Madrasah an-Nizhamiyyah. Guru-guru al-Qusyairi juga diantara ulama besar di wilayah ini. Diantaranya adalah Abu ‘Ali al-Hasan bin ‘li ad-Daqqaq, Abu Bakar bin al-Faurak (salah seorang pakar mazhab Asy’ari dari kalangan mutakallimiin), hingga Abu al-Ishaq al-Isfarayini (pakar Ushul al-Fiqh).
Abu al-Qasim al-Qusyairi dalam karyanya, ar-Risalah al-Qusyairiyah, cinta atau al-Mahabbah, adalah sebuah kondisi yang sangat mulia yang Allah persaksikan sendiri kondisi tersebut berada pada seorang hamba.
Cinta Tuhan kepada hamba-Nya bahkan beliau tegaskan sendiri bahwa Dia berkuasa mengerahkan makhluk-makhluk-Nya untuk ikut mencintai hamba yang merupakan kekasih-Nya. Kisah ini misalnya terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim,
إذا أحب الله عزّ وجلّ العبد قال لجبريل: يا جبريل، إنِّيْ أحبّ فلانًا فأحبّه، فيحبّه جبريل ثم ينادي جبريل في أهل السّماء، إنّ الله تعالى قد أحبّ فلانًا فأحبّوه، فيحبّه أهل السّماء، ثمّ يضع له القبول في الأرض. و
Sesungguhnya ketika Allah ‘Azza wa Jalla ketika mencintai seorang hamba, ia berkata kepada Malaikat Jibril: “wahai Jibril, sesungguhnya saya mencintai orang ini, maka cintailah juga dia. Jibril pun mencintainya, kemudian ia memanggil para penghuni langit “sesungguhnya Allah mencintai orang ini maka kalian cintailah ia.” Lalu kemustajaban doanya diberikan kepada hamba yang di bumi itu.
Lalu siapa yang bisa dikategorikan orang yang Allah cintai?
Dalam hadis lain riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Saw. bersabda,
من أحبّ لقاء الله أحب الله لقاءه، ومن لم يحبّ لقاء الله لم يحبّ الله لقاءه
siapa yang senang bertemu dengan Allah, Allah senang unuk bertemu dengannya. Dan siapa yang tidak suka bertemu Allah, Allah menjadi tidak senang bertemu dengannya. (H.R. al-Bukhari)
Al-Qusyairi mengatakan yang dimaksud dengan cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah “kehendaknya secara khusus dari Allah yang Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya. Ia berbeda dengan rahmat Allah atau sekadar kehendak-Nya.
Baca juga: Satu Hal yang Harus Dimiliki Seorang Lelaki ketika Sedang Jatuh Cinta
Cinta Allah Swt. kepada hamba-Nya juga bagian sifat rahmat-Nya. Jadi sebagian ulama sufi mengatakan, sebenarnya cinta adalah diantara sifat-sifat-Nya yang kekal.
Sumber:
Bincangsyariah.Com