Apa yang Harus Dilakukan Terhadap Ahlul Bait Rasulullah? Hindari 3 Hal Ini
BINAJATI - Dalam buku Tanya Jawab Akidah Ahlussunnah wal Jamaah karya Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith Al-Alawi Al-Husaini (Ulama Madinah kelahiran Jakarta Tahun 1936), dijelaskan tentang larangan membenci dan menyakiti Ahlul Bait Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Berbagai persoalan termasuk menyangkut akidah dan amaliyah 'ahlussunnah wal jamaah' dijawab oleh ulama ahli fiqih dalam buku yang judul aslinya "Al-Ajwibah al-Ghaliyah fi 'Aqidah al-Firqah al-Najiyah".
Mengenai Ahlul Bait ini disebutkan banyak sekali ayat Al-Qur'an dan Hadis tentang larangan membenci Ahlul Bait Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan menyakiti mereka.
Bagi yang ingin menyelamatkan imannya hendaklah berhati-hati, jangan sampai membenci salah seorang dari Ahlul Bait Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Sebab dapat membahayakan iman dan kehidupannya di akhirat, dan termasuk orang yang menyusahkan beliau.
Para ulama menyebutkan bahwa orang yang menyakiti Ahlul Bait dan menyakiti NabiMuhammadصلى الله عليه وسلم maka sama dengan menyakiti Allah Ta'ala. Al-Qur'an memberi ancaman tentang hal ini sebagaimana fırman-Nya:
اِنَّ الَّذِيۡنَ يُؤۡذُوۡنَ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ فِى الدُّنۡيَا وَالۡاٰخِرَةِ وَاَعَدَّ لَهُمۡ عَذَابًا مُّهِيۡنًا
"Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka." (QS 33, Al-Ahzab Ayat 57)
وَمَا كَانَ لَـكُمۡ اَنۡ تُؤۡذُوۡا رَسُوۡلَ اللّٰهِ وَلَاۤ اَنۡ تَـنۡكِحُوۡۤا اَزۡوَاجَهٗ مِنۡۢ بَعۡدِهٖۤ اَبَدًا ؕ اِنَّ ذٰ لِكُمۡ كَانَ عِنۡدَ اللّٰهِ عَظِيۡمًا
"Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah." (QS 33, Al-Ahzab Ayat 53)
Di dalam Hadis disebutkan:
إن النبي صلى الله عليه وسلم قال وهو على المنبر ما بال اقوام يؤذوننى فى نسبى وذوى رحمى الا من آذى نسبى وذوى رحمى فقد آذانى ومن آذانى فقد آذى الله تعالى
Sesungguhnya Nabi صلى الله عليه وسلم telah bersabda sedangkan beliau di atas mimbar: "Apa keadaan kaum yang menyakiti aku dalam nasab dan kerabatku. Ingat, barangsiapa yang menyakiti keturunanku dan orang-orang yang mempunyai hubungan denganku, berarti ia menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku, maka ia benar-benar menyakiti Allah Ta'ala." (HR At-Thabrani dan Al-Baihaqi)
إن الله حرم الجنة على من ظلم اهل بيتى او قاتلهم او اعان عليهم او سبهم
"Sesungguhnya Allah melarang masuk surga terhadap orang yang menganiaya ahlu baitku, atau orang yang memerangi mereka, atau orang yang membantu orang yang memerangi mereka, atau orang yang memaki-maki mereka." (HR. Imam Ahmad)
إن النبي صلى الله عليه و سلم قال لو ان رجلا صفن بين الركن والمقام و صلى وصام ثم مات وهو مبغض لأهل بيت محمد صلى الله عليه وسلم دخل النار
Sesungguhnya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Andaikata seorang laki-laki berdiri antara hajar aswad dan maqam Ibrahim melakukan shalat dan puasa, kemudian meninggal dunia sedangkan membenci ahli bait Muhammad صلى الله عليه وسلم, maka ia masuk neraka." (HR at-Thabrani dan Al-Hakim)
قال عليه الصلاة والسلام اشتد غضب الله على من آذانى فى عترتى
Rasulullah bersabda: "Murka Allah menjadi sangat terhadap orang yang menyakiti aku tentang keluargaku." (HR Ad-Dailami).(Baca Juga: Gelar Habib dan Sejarahnya di Indonesia)
Riwayat lain, Beliau bersabda: "Sesungguhnya saya memerangi orang-orang yang memerangi ahli bait saya, dan saya memberi jaminan selamat kepada orang-orang yang berdamai dengan ahli bait saya." (HR. at-Turmudzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Bahkan dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan:
حرّمت الجنة على من ظلم اهل بيتي و آذاني في عترتي
"Surga diharamkan bagi siapa saja yang menzhalimi ahlu baitku dan menyakiti aku melalui keturunanku." [Tafsir Al-Qurthubi (16/22)]. (Baca Juga: Kisah Anak Kecil yang Merindukan Rasulullah SAW)
Siapa Ahlul Bait?
Secara istilah, Ahlul Bait artinya "orang rumah" atau keluarga Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Dalam pengertian naqliyah, Ahlul Bait berarti keturunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang diharamkan menerima zakat.
Golongan Syi'ah berpendapat bahwa Ahlul Bait hanya mencakup lima orang yaitu Ali, Fathimah, Hasan dan Husain. Sementara Sunni (ahlu sunnah wal jamaah) berpendapat bahwa Ahlul Bait adalah keluarga Nabi Muhammad dalam arti luas meliputi istri-istri dan cucu-cucunya, hingga ada yang memasukkan mertua dan menantu-menantunya.
Dalam Kitab Syarh Ta'limul Muta'allim karya Syaikh Ibrahim bin Ismail menyebutkan. "Keluarga Nabi dari sisi nasab adalah keturunan Ali, Abbas, Ja'far, Aqil (putra Abu Thalib), dan Haris bin Abdul Muthalib." Kemudian, termasuk Ahlul Baitberdasarkan dalil Al-Qur'an adalah para istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Demikian nasihat singkat tentang larangan menyakiti dan memusuhi Ahlul Bait Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Semoga Allah Ta'ala menjaga akidah kita dan memberi taufik kepada kita agar mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan Ahlul Bait beliau.
Akibat Enggan Menolong Ahlul Bait Rasulullah
Ustaz Miftah el-Banjari (kanan) ketika bertemu Al-Habib Ali Bin Abdurrahman Assegaf di Tebet Jakarta beberapa waktu lalu. Foto/Istimewa |
Dikisahkan pada zaman dahulu, ada seorang Syarifah, cucuRasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari kalangan Sa'adah Ba'alawiyin yang telah lama menjanda bersama anak-anaknya. Setelah ditinggal wafat suaminya, sang syarifah itu terpaksa menjual rumahnya.
Kian hari, kehidupan ekonomi sang janda miskin itu makin sulit mendapatkan penghasilan, hingga ia dan anak-anaknya yang masih kecil terusir dari rumah sewaannya. Sang Syarifah tak tahu harus pergi kemana meminta pertolongan.
Di sana ada seorang ulama besar dan sekaligus seorang mufti terkemuka. Maka Syarifah itu mendatangi ulama mufti itu untuk sekadar meminta izin bertempat tinggal sementara di rumahnya yang besar itu.
Lantas mufti itu berkata, "Apa bukti engkau keturunan Rasulullah?"
Syarifah tidak bisa berkata-kata apa. Karena maklum pada masa itu, belum ada lembaga Rabithah Alawiyyin yang mengeluarkan semacam paspor untuk melegitimasi seseorang benar seorang Syarif atau Syarifah keturunan Sayyidina Hasan atau Husain, cucu Rasulullah SAW.
Si Syarifah terdiam tak mampu meyakinkan sang ulama. Si ulama enggan membantu Syarifah bahkan mufti itu mengusir Syarifah dan anak-anaknya.
Pada malam harinya, si ulama bermimpi akan memasuki surga. Dia menyaksikan istana-istana megah yang sungguh sangat indah. Sang Mufti berharap bisa memasukinya.
Saat ia melangkah ingin memasukinya, ada seseorang yang menahannya. Oleh seorang penjaganya, ulama itu ditarik paksa keluar untuk menjauhi istana itu.
Sang penjaga berkata, "Engkau harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Rasulullah SAW!"
Sang ulama segera mendatangi Rasulullah yang berdiri tak jauh dia berada. "Duhai Rasulullah, aku fulan bin fulan. Dulu aku sewaktu di dunia mencintaimu, banyak bersalawat padamu, mengapa aku tidak diizinkan memasuki istana yang indah itu. Akuilah aku sebagai umatmu. Berilah aku syafaatmu!"
Lantas dijawab oleh Rasulullah, "Mana bukti engkau umatku?!"
Si ulama terdiam tak mampu membuktikan apa-apa. "Mengapa saat datang keturunanku meminta perlindungan padamu, engkau masih mempertanyakan dan meminta bukti?"
Engkau katakan cinta padaku, namun kau memusuhi anak dzuriat keturunanku. Engkau bela orang yang membela orang yang memusuhi anak cucuku. Tidak ada cinta bagi orang yang tak mencintai keturunanku!"
Sang ulama itu terbangun. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia sangat menyesal mengabaikan janda Syarifah miskin beserta anak-anaknya yang hanya sekedar meminta pertolongan. Esok harinya, ulama itu pergi mencarinya.
Berhari-hari ulama itu mencari sang Syarifah itu. Bertanya ke sana ke mari. Hingga, didapatlah kabar sekarang Syarifah itu telah mendapatkan tempat tinggal sementara di rumah seorang tokoh pemuka agama Yahudi.
Sang ulama mengatakan, "Serahkan Syarifah yang tinggal di rumahmu itu padaku, biar aku saja yang menampungnya".(Baca Juga: Kisah Cicit Rasulullah Sembuhkan Sakit Lumpuh Berkat Air Wudhu)
Namun, sang pemuka Yahudi itu menolak menyerahkan syarifah dan anak-anaknya. Bahkan, tokoh Yahudi itu telah memberikan separuh bagian rumahnya untuk ditinggali selamanya oleh Syarifah dan anak-anaknya.
Sang ulama terheran-heran mengapa pemuka Yahudi itu begitu keukeh mempertahankan syarifah itu. Apa untungnya baginya? Bukankah dia dan Syarifah itu berbeda agama? Pikir sang ulama itu.
Sang tokoh Yahudi mengatakan, "Wahai ulama, dulu aku tidak percaya pada Nabi kalian, Muhammad, tapi tadi malam ia datang menemuiku dan mengucapkan terima kasih atas bantuanku menolong anak cucunya yang sedang dalam kesusahan.
Beliau telah memberikan jatah istana indah di surga itu padaku. Maka saksikanlah aku berikrar: "Asyahadu alla ilahaillallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah". Aku bersaksi tiada ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah."
Baca juga: Sejarah Kedatangan Para Habib ke Hadramaut dan di Nusantara, Ini Fakta yang Harus Anda Tahu
Hari ini banyak orang Islam mengaku cinta pada Rasulullah, namun mereka ikut mencela dan memusuhi terhadap cucu dzuriat Rasulullah. Semoga kita diselamatkan dari membenci keturunan Rasulillah SAW.
Sumber:
Kalam.Sindonews.Com - Larangan Membenci dan Menyakiti Ahlul Bait Rasulullah