Ads Top

Rahasia Luar Biasa dari Tulang Ekor Sulbi Manusia yang Bisa Menginspirasi Anda

https://binajati.blogspot.com

BINAJATI - Sebagai orang yang dilahirkan dari suku Jawa, banyak hal dari khasanah peradaban Jawa yang tertanam dalam diri penulis. Baik tentang adat istiadat, budaya, dan filsafat. Dan semua itu mengkristal menjadi sebuah watak.

Islam sebagai agama mayoritas suku Jawa, punya andil besar dalam membentuk peradaban orang Jawa. Dengan begitu, Islam dan Jawa tidak akan bisa dipisahkan secara kultur dan theologi.

Akhlak Islam yang disampaikan para ulama Jawa sampai ke tengah-tengah masyarakat Jawa melahirkan sebuah adat istiadat, peradaban dan budaya positif.

Terkadang, ada sebagian orang Jawa yang sudah mengamalkan ajaran Islam, namun mereka memahaminya hanya sebatas adat istiadat yang turun-temurun. Padahal kalau diteliti secara mendalam, mereka tanpa sadar sudah mengamalkan ajaran Islam. Karena adat istiadat tersebut diturunkan para leluhurnya berdasarkan ajaran Islam.

Salah satu contoh akhlak Islam yang membumi menjadi adat istiadat orang Jawa adalah sopan santun.

Baca juga: 2 Hal Ghaib yang Harus Anda Tahu Tentang Alam Mimpi

Penulis sewaktu masih kecil juga sempat tersesat dalam memahami tekstual filosofi Jawa. Salah satunya adalah adab sewaktu makan.

Sewaktu masih kecil, emak saya sering wanti-wanti, "Le, kalau makan jangan ditengah pintu! Karena bisa dimakan buto ijo (raksasa)."

Nasihat untuk tidak makan di tengah pintu adalah akhlak Islam (adab makan). Pesan tersirat, bahwasanya kiasan dari setan adalah buto ijo. Dimakan buto ijo artinya makanan yang dimakan tanpa adab akan mengundang setan untuk ikut makan.

Selain perumpamaan dimakan buto ijo, ada juga nasihat baik yang sampai saat ini masih banyak orang Jawa yang keliru dalam memahami makna yang sebenarnya. Yaitu nasihat alon-alon waton kelakon.

Makna tekstualnya alon-alon waton kelakon adalah pelan-pelan asal terlaksana. Dan bisa menjadikan orang keblinger bila tidak tahu sebab-musabab nasihat tersebut muncul.

Harus dipahami, bahwasanya filososi alon-alon waton kelakon muncul di era penjajahan Belanda.

Waktu itu sebagian orang Jawa bekerja pada penjajah Belanda. Dan akan mendapat hukuman bila pekerjaan yang mereka lakukan terdapat kesalahan. Untuk itu para pekerja Jawa membuat garis pengaman. Bekerja dengan hati-hati, tidak grusa-grusu (tergesa-gesa), dan tetap disiplin untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan pengaman pola fikir seperti itu, maka para pekerja Jawa tidak akan terkena hukuman para menir Belanda.

Begitulah filosofi hidup peradaban Jawa. Dalam memberikan pitutur sering kali berupa sindiran (sanepan) dan simbolisasi. Semua itu bertujuan agar tidak menimbulkan efek nylekit (menyakiti) dalam memberikan nasihat. Ibarat nyekel iwak tanpa buthek banyune (menjaring ikan tanpa membuat keruh airnya).

Selain dengan sanepan, para winasis Jawa terkadang memberikan nasihat dengan pentungan (pemukul). Hal ini dilakukan bila menasihati orang yang bebal otaknya. Karena orang yang bodoh bila dinasihati dengan bahasa sindiran dan simbolisasi akan sulit untuk bisa memahaminya.

Maka langkah bijak untuk menasihati yang orang bodoh adalah dengan cara dipentung (dipukul) menggunakan kata-kata nasihat apa adanya. Tanpa tedeng aling-aling (tanpa basa-basi).
★★★
Sesuai dengan tema pembahasan, ada filosofi Jawa yang cukup unik mengenai tulang ekor. Dan perlu tela'ah yang cukup mendalam dari filosofi ini. Yaitu nasihat yang bersifat sanepan (simbolisasi) mengenai larangan memakan tulang ekor ayam. Ojo seneng mangan brutu pithik, ndhak lalen.

Ojo seneng mangan brutu pithik, ndhak lalen. Makna tekstualnya adalah larangan untuk memakan tulang ekor ayam biar tidak menjadi pelupa.

Nasihat ojo mangan iwak pithik sangat mendarah daging di alam bawah sadar anak-anak keturunan orang Jawa. Termasuk saya waktu itu.

Lucunya dari nasihat tersebut bersayap pemaknaannya. Di satu sisi dilarang makan brutu ayam, namun di sisi lain terjadi pembiaran.

Setelah kita tela'ah lebih mendalam, ternyata ada makna tersirat dari nasihat tersebut. Dan kebanyakan orang Jawa pun juga belum bisa memahaminya. Meski sudah dewasa.

Seperti ulasan saya di atas, bahwasanya peradaban Jawa tidak bisa dilepaskan dengan ajaran Islam. Sama halnya dengan nasihat larangan untuk memakan brutu ayam.

Larangan memakan brutu ayam mengajarkan anak-anak Jawa agar ingat dengan asal-usulnya. Kita berasal dari tulang ekor (sulbi) ibu, maka hormatilah ibu. Hal tersebut dikiaskan dengan brutu ayam.

Memakan brutu ayam akan menjadikan seseorang menjadi pelupa adalah kiasan bila kita melupakan ibu, maka akan menjadikan kesengsaraan dalam hidup.

Brutu ayam sebagai kiasan dari tulang ekor manusia, bahwasanya tulang ekor adalah awal manusia diciptakan, dan dari tulang ekor itu pula manusia akan dihidupkan setelah mati.

Meski melarang makan iwak brutu, namun pada umumnya orang tua dari Jawa juga membiarkan anak-anaknya tetap memakan brutu ayam. Makna tersiratnya adalah untuk menelaah nasihat tersebut dengan kebeningan rasa. Wallahu a'lam.

Baca juga: 2 Kegunaan Air Laut yang Tidak Disangka-sangka Berdasarkan Sunnah dan Sains Modern

Begitulah keunikan orang Jawa dalam menyampaikan ajaran Islam tentang tulang ekor dengan menggunakan simbol dan perumpamaan.

Tulang Ekor Sulbi Menurut Al Quran dan Sains 

Sebelum para ilmuwan barat menemukan keajaiban tulang ekor yang ada pada manusia, Islam sudah berbicara banyak tentang tulang ekor (sulbi) manusia sejak empat belas abad yang lalu. Seperti sains dan spiritual yang disabdakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Seluruh bagian tubuh anak Adam akan binasa dimakan bumi, kecuali tulang ekor. Dari sanalah (tulang ekor) manusia diciptakan, dan dari tulang ekor pula manusia akan dibangkitkan - HR. Muslim No.2956
Empat belas abad yang lalu, Rasulullah menyampaikan hadis tentang tulang ekor belum ada sains sebagai rujukan. Belum ada tehnologi yang canggih untuk meneliti tentang tulang ekor. Semuanya berdasarkan wahyu.

Para sahabat pun tidak ada yang tertarik untuk mendalami secara sains sabda Rasulullah tersebut. Para sahabat hanya mencukupkan dirinya dengan keyakinan seyakin-yakinnya akan kebenaran yang dibawa oleh Sang Baginda Nabi.
Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi tulang belakang anak cucu Adam dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka, "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi." Kami lakukan yang demikian itu agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini - QS. Al-A'raf 7: Ayat 172 
Dan ternyata, sabda Sang Baginda Nabi tentang tulang ekor terbukti secara ilmiah di abad modern ini. Seperti study ilmiah yang dilakukan Hans Speman dan ilmuwan kenamaan lainnya.

Hasil penelitian biologi oleh Hans Speman membuktikan kebenaran wahyu yang diterima Rasulullah tentang tulang ekor. Fakta bahwasanya tulang ekor sulbi tidak akan hancur dimakan tanah, meski organ tubuh yang lainnya telah binasa.

Hasil penelitiannya tersebut menghantarkan Hans Spemann mendapatkan anugrah Nobel dalam bidang biologi pada tahun 1923.

Penelitian yang sama juga dilakukan seorang ilmuwan bernama DR. Utsman Gailan pada tahun 2003.

Disaksikan guru besar ilmu jaringan di Universitas Shana Mesir, DR. Utsman Gailan melakukan beberapa penelitian tentang tulang ekor. Di antaranya dengan cara membakar tulang ekor kambing dengan gas bertekanan tinggi.

Setelah tulang ekor kambing dibakar hingga hangus dan menghitam menjadi arang, rupanya sel tulang ekor kambing sama sekali tidak terpengaruh. Tetap utuh seperti sediakala.
★★★
Fakta tulang ekor berdasarkan sains mengindikasikan bahwa apa yang disampaikan Rasulullah adalah kebenaran mutlak yang bersumber dari Langit. Untuk itu semua ilmu pengetahuan harus dikembalikan pada Sang Maha Pemilik Ilmu, Yaitu Allah Yang Maha Tahu.

Islam dan sains tidak bisa dipisahkan. Menjadi tanggung jawab bersama bagi Umat Islam untuk memajukan sains yang bertauhid. Bahwasanya segala sumber ilmu berasal dari Allah, dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas kemanfaatan ilmu Allah tersebut.

Dan apabila akal manusia belum bisa memahami akan wahyu yang dibawa Sang Baginda Nabi, maka kewajiban kita sebagai seorang muslim adalah mengimaninya.

Yogyakarta, 08 Juni 2019
Penulis: Thabib Wira al-Faqir Ilallah


Wallahu a'lam. Baca juga: Rahasia Terpendam Kekuatan Mata yang Harus Anda Waspadai
Rahasia Luar Biasa dari Tulang Ekor Sulbi Manusia yang Bisa Menginspirasi Anda Rahasia Luar Biasa dari Tulang Ekor Sulbi Manusia yang Bisa Menginspirasi Anda Reviewed by Tabib Wira on September 09, 2021 Rating: 5