Ads Top

Pekerja Berat Boleh Mengganti Puasa dengan Bayar Fidyah, Ini Syaratnya

BINAJATI - https://binajati.blogspot.com

BINAJATI - Umat Islam di seluruh dunia telah melaksanakan puasa Ramadhan. Namun tidak semua Muslim bisa melaksanakan puasa wajib tersebut, misalnya ibu hamil, ibu menyusui, orang sakit dan pekerja berat.


Boleh Membayar Fidyah Bagi Pekerja Berat


Bagaimana hukumnya bagi mereka yang tidak mampu melaksanakan puasa Ramadhan? Apakah mereka mendapat keringanan atau rukhsah?


Pakar ilmu tafsir dan hukum Islam, Prof KH Ahsin Sakho Muhammad mengatakan, bagi para pekerja berat atau orang-orang yang tidak mampu melaksanakan puasa Ramadhan, yang paling penting mereka masih meyakini bahwa puasa Ramadhan itu wajib bagi mereka. Sebab puasa Ramadhan termasuk rukun Islam.


"Sebagai orang Islam harus meyakini bahwa puasa Ramadhan itu wajib," kata Kiai Ahsin.


Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menerangkan, kalau Allah SWT mewajibkan kepada seseorang untuk melakukan satu ibadah, maka pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuannya. Misalnya melaksanakan shalat lima waktu hanya mampu sambil duduk, maka laksanakan sambil duduk. Tapi tetap harus dengan keyakinan bahwa shalat itu hukumnya wajib.


Kiai Ahsin menyampaikan bahwa para ulama memberikan penjelasan tentang keringanan bagi orang yang tidak mampu melaksanakan puasa Ramadhan. 


Lantas bagaimana para pekerja berat seperti pekerja bangunan, tukang becak, penambang batu bara di bawah tanah saat Ramadhan tiba.


Baca juga: Panduan Lengkap Zakat Maal (Penghasilan, Profesi, Perdagangan, Saham) dengan Kalkulator Online


Pakar ilmu tafsir ini menjelaskan, berdasarkan pendapat Muhammad Abduh, bila pekerjaan berat adalah pekerjaan sehari-harinya maka bayar fidyah saja. Mereka tidak perlu melakukan puasa Ramadhan atau puasa qodho.


Misalnya pekerja tambang batu bara di bawah tanah, kalau mengikuti pendapat Muhammad Abduh maka hanya membayar fidyah saja. Jika mereka tidak mampu puasa Ramadhan sambil bekerja.


Lebih lanjut Kiai Ahsin menerangkan, para ahli tafsir memang berbeda-beda di dalam menafsirkan tentang fidyah. [1]


Hukum Kewajiban Puasa untuk Para Pekerja Berat, Tidak Boleh Diganti dengan Fidyah


Perihal orang yang kesehariannya bekerja agak berat, Syekh Said Muhammad Ba’asyin dalam Busyrol Karim mengatakan,


ويلزم أهل العمل المشق  في رمضان كالحصادين ونحوهم تبييت النية ثم من لحقه منهم مشقة شديدة أفطر، وإلا فلا. ولا فرق بين الأجير والغني وغيره والمتبرع وإن وجد غيره، وتأتي العمل لهم العمل ليلا كما قاله الشرقاوي. وقال في التحفة إن لم يتأت لهم ليلا، ولو توقف كسبه لنحو قوته المضطر إليه هو أو ممونه علي فطره جاز له، بل لزمه عند وجود المشقة الفطر، لكن بقدر الضرورة. ومن لزمه الفطر فصام صح صومه لأن الحرمة لأمر خارج، ولا أثر لنحو صداع ومرض خفيف لا يخاف منه ما مر.


Artinya, “Ketika memasuki Ramadhan, pekerja berat seperti buruh tani yang membantu penggarap saat panen dan pekerja berat lainnya, wajib memasang niat puasa di malam hari. Kalau kemudian di siang hari menemukan kesulitan dalam puasanya, ia boleh berbuka. Tetapi kalau ia merasa kuat, maka ia boleh tidak membatalkannya.


Baca juga: Panduan Lengkap Bayar Zakat Fitrah: Niat, Doa, Adab, Aturan & Petunjuk Dalilnya


Tiada perbedaan antara buruh, orang kaya, atau sekadar pekerja berat yang bersifat relawan.


Jika mereka menemukan orang lain untuk menggantikan posisinya bekerja, lalu pekerjaan itu bisa dilakukannya pada malam hari, itu baik seperti dikatakan Syekh Syarqawi.


Mereka boleh membatalkan puasa ketika pertama mereka tidak mungkin melakukan aktivitas pekerjaannya pada malam hari, kedua ketika pendapatannya untuk memenuhi kebutuhannya atau pendapatan bos yang mendanainya berbuka, terhenti.


Mereka ini bahkan diharuskan untuk membatalkan puasanya ketika di tengah puasa menemukan kesulitan tetapi tentu didasarkan pada dharurat.


Bagi mereka yang memenuhi ketentuan untuk membatalkan puasa, tetapi melanjutkan puasanya, maka puasanya tetap sah karena keharamannya terletak di luar masalah itu. Tetapi kalau hanya sekadar sedikit pusing atau sakit ringan yang tidak mengkhawatirkan, maka tidak ada pengaruhnya dalam hukum ini,” (Lihat Syekh M Said Ba’asyin, Busyrol Karim, Darul Fikr, Beirut).


Perihal status wajib puasa bagi pekerja, kita juga mendapat keterangan lain dari Syeh M Nawawi Al-Bantani. Tetapi sebelum membahas pekerja, kita perlu membahas terlebih dahulu status wajib puasa orang sakit. Karena kondisi pekerja berat akan diukur dari keadaan orang sakit sejauhmana tingkat kesulitan yang dialami keduanya.


Keterangan ini bisa kita dapatkan dari Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam karyanya Nihayatuz Zain fi Irsyadin Mubtadi’in sebagai berikut:


فللمريض ثلاثة أحوال إن توهم ضررا يبيح التيمم كره له الصوم وجاز له الفطر وإن تحقق الضرر المذكور أو غلب على ظنه أو انتهى به العذر إلى الهلاك أو ذهاب منفعة عضو حرم الصوم ووجب الفطر وإن كان المرض خفيفا بحيث لا يتوهم فيه ضررا يبيح التيمم حرم الفطر ووجب الصوم ما لم يخف الزيادة وكالمريض الحصادون والملاحون والفعلة ونحوهم


Artinya, “Ulama membagi tiga keadaan orang sakit. Pertama, kalau misalanya penyakit diprediksi kritis yang membolehkannya tayammum, maka penderita makruh untuk berpuasa. Ia diperbolehkan tidak berpuasa. Kedua, jika penyakit kritis itu benar-benar terjadi, atau kuat diduga kritis, atau kondisi kritisnya dapat menyebabkannya kehilangan nyawa atau menyebabkan disfungsi salah satu organ tubuhnya, maka penderita haram berpuasa. Ia wajib membatalkan puasanya. Ketiga, kalau sakit ringan yang sekiranya tidak sampai keadaan kritis yang membolehkannya tayammum, penderita haram membatalkan puasanya dan tentu wajib berpuasa sejauh ia tidak khawatir penyakitnya bertambah parah. Sama status hukumnya dengan penderita sakit adalah buruh tani, petani tambak garam, buruh kasar, dan orang-orang dengan profesi seperti mereka,” (Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zein fi Irsyadil Mubtai’in, Al-Ma’arif, Bandung, Tanpa Tahun, Halaman 189).


Dengan kata lain, bagaimanapun wajibnya mencari nafkah, kewajiban puasa Ramadhan perlu dihargai. Dalam artian, kita tetap memasang niat puasa di malam hari. Kalau memang di siang hari puasa terasa berat, kita yang berprofesi sebagai pekerja berat dibolehkan membatalkannya dan menggantinya di luar bulan puasa.


Baca juga: Panduan Lengkap Fidyah: Pengertian, Syarat, Niat & Cara Bayar


Uraian ulama tersebut menunjukkan betapa mulianya ibadah puasa Ramadhan kendati mereka yang udzur tetap mendapat keringanan untuk berbuka puasa. [2]


Sumber:

[1] Republika.Co.Id - Wajibkah Puasa Ramadhan Bagi Pekerja Berat?

[2] Islam.Nu.Or.ID - Hukum Kewajiban Puasa untuk Para Pekerja Berat

Pekerja Berat Boleh Mengganti Puasa dengan Bayar Fidyah, Ini Syaratnya Pekerja Berat Boleh Mengganti Puasa dengan Bayar Fidyah, Ini Syaratnya Reviewed by Tabib Wira on April 18, 2021 Rating: 5