Ads Top

Panduan Lengkap Fidyah: Pengertian, Syarat, Niat & Cara Bayar

BINAJATI - https://binajati.blogspot.com

BINAJATI - Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk berpuasa Ramadhan sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al Baqarah ayat 183 berikut ini,


“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”


Terdapat keringanan bagi mereka yang berhalangan untuk tidak berpuasa, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al Baqarah ayat 184,


“(Yaitu) dalam beberapa hari tertentu. Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berluasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain, Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin …”


Dari QS. Al Baqarah : 184, mereka yang dibolehkan untuk tidak berpuasa adalah orang yang sakit, musafir, orang tua renta atau lanjut usia, ibu hamil atau menyusui yang mengkhawatirkan anaknya.


Sebagai gantinya, mereka diwajibkan membayar fidyah yaitu memberi makan orang miskin sebanyak hari yang ditinggalkan.


Dengan demikian, hukum membayar fidyah dalam Islam adalah wajib bagi mereka yang berhalangan puasa Ramadhan dengan beberapa ketentuan.


Pengertian Fidyah


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fidyah diartikan sebagai denda yang harus dibayar oleh seseorang karena meninggalkan shalat (atau puasa) yang disebabkan oleh penyakit menahun, penyakit tua, dan sebagainya.


Fidyah adalah memberi makan orang miskin dan karena itu hanya diberikan kepada orang-orang miskin atau fakir. 


Fidyah tidak boleh diberikan kepada mustahik zakat, orang-orang kaya, dan lain sebagainya.


Syarat Fidyah


Syarat fidyah mencakup sebab-sebab terjadinya fidyah dan orang-orang yang diwajibkan membayar fidyah yaitu sebagai berikut.


1. Orang yang sangat tua


Fidyah berlaku ketika seseorang tidak mampu lagi berpuasa dikarenakan faktor usia. Jika ia tetap memaksakan puasa maka akan ia akan mengalami kepayahan dan dapat membahayakan kesehatan dirinya.


Mereka yang termasuk kategori ini tidak diwajibkan mengqadha puasa di hari lain. Ia hanya diwajibkan membayar fidyah sebesar satu mud makanan untuk setiap hari yang ia tinggalkan.


2. Orang yang sakit parah


Mereka yang mengalami sakit parah atau tidak ada harapan untuk sembuh dibolehkan tidak berpuasa.


Orang yang termasuk kategori ini tidak diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan maupun mengqadha puasa di hari lain. Ia hanya wajib membayar fidyah.


Untuk mereka yang mengalami sakit dengan kemungkinan sembuh, maka ia dibolehkan tidak berpuasa di bulan Ramadhan dan mengqadha puasa di lain hari. Dan ia tidak wajib membayar fidyah.


3. Wanita hamil dan menyusui


Orang-orang yang dibolehkan tidak berpuasa Ramadhan adalah wanita hamil dan menyusui karena dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi dirinya, janin yang dikandungnya, atau keduanya.


Baca juga: Panduan Lengkap Zakat Maal (Penghasilan, Profesi, Perdagangan, Saham) dengan Kalkulator Online


Mereka yang termasuk kategori ini wajib mengqadha puasa di lain hari dan membayar fidyah dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Jika sang ibu khawatir akan kondisi dirinya dan janin yang dikandungnya maka ia tidak wajib membayar fidyah.
  2. Jika sang ibu khawatir akan keselamatan janin yang dikandungnya maka ia wajib membayar fidyah.

4. Orang yang meninggal dunia dan meninggalkan hutang puasa


Terkait dengan hal ini, Mazhab Syafi’i menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Orang yang meninggalkan puasa karena uzur dan tidak memiliki waktu untuk mengqadha puasa di lain hari, ahli warisnya tidak berkewajiban untuk mengqadha puasa maupun membayar fidyah bagi si mayit.
  2. Orang yang meninggalkan puasa tanpa uzur atau karena uzur sedang ia memiliki kesempatan untuk mengqadha puasa di lain hari.

Ada dua pendapat terkait fidyah bagi orang yang sudah meninggal dunia, yaitu sebagai berikut:

  1. Pendapat para ulama klasik Imam Syafi’i menyatakan bahwa ahli warisnya berkewajiban membayar fidyah bagi si mayit sebesar satu mud makanan pokok sebanyak hari puasa yang ditinggalkan.
  2. Pendapat para ulama baru Imam Syafi’i menyatakan bahwa ahli waris dibolehkan untuk memilih membayar fidyah atau berpuasa bagi si mayit.

Adapun biaya yang digunakan untuk membayar fidyah berasal dari harta peninggalan si mayit jika mencukupi. Namun, jika tidak, maka ahli warisnya disunnahkan untuk membayar fidyah atau berpuasa bagi si mayit.


5. Orang yang terlambat mengqadha puasa Ramadhan


Orang yang terlambat mengqadha puasa Ramadhan hingga datang Ramadhan tahun-tahun berikutnya maka diwajibkan baginya mengqadha puasa dan membayar fidyah sebesar satu mud makanan pokok untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.


Terkait dengan hal ini, Syeikh Jalaluddin Al-Mahalli menjelaskan seperti yang termaktub dalam kitab Kanz al-Raghibin, juz 2, hal. 87. Yaitu sebagai berikut:

  1. Orang yang mengakhirkan qadha Ramadhan padahal imkan, sekira ia mukim dan sehat, hingga masuk Ramadhan yang lain, maka selain qadha ia wajib membayar satu mud makanan setiap hari puasa yang ditinggalkan. Dan orang tersebut berdosa seperti yang disebutkan al-Imam al-Nawawi dalam Syarh al-Muhadzab. Di dalam kitab tersebut, beliau juga menyebut bahwa satu mud makanan diwajibkan dengan masuknya bulan Ramadhan.
  2. Adapun orang yang tidak imkan mengqadha, semisal ia senantiasa bepergian atau sakit hingga masuk Ramadhan berikutnya, maka tidak ada kewajiban fidyah baginya dengan keterlambatan mengqadha. Sebab mengakhirkan puasa ada’ disebabkan uzur baginya adalah boleh, maka mengakhirkan qadha tentu lebih boleh.
  3. Menurut pendapat al-Ashah, satu mud menjadi berlipat ganda dengan berlipatnya beberapa tahun. Menurut pendapat kedua, tidak menjadi berlipat ganda, maksudnya cukup membayar satu mud dari beberapa tahun yang terlewat.

Besaran Fidyah


Besaran fidyah yang harus dibayarkan untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan adalah satu mud makanan pokok (gandum) yang setara dengan 675 gram atau 6,75 ons.


Selain makanan pokok, fidyah juga dapat dibayarkan dalam bentuk makanan siap saji beserta lauk pauknya yang mengenyangkan.


Apakah membayar fidyah boleh dengan uang? Menurut Mazhab Hanafi, fidyah boleh dibayar dengan uang atau dalam bentuk nominal.


Alasannya adalah tujuan memberi makan fakir miskin adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tujuan ini dapat tercapai hanya dengan membayar uang yang sebanding dengan harga makanan.


Baca juga: Panduan Lengkap Bayar Zakat Fitrah: Niat, Doa, Adab, Aturan & Petunjuk Dalilnya


Adapun makanan pokok yang dapat diganti dengan uang meliputi kurma, anggur dan jerawut sebesar satu sha’ dan gandum sebesar setengah sha’.


Satu sha’ menurut Mazhab Hanafi setara dengan 3,25 kg atau 3,8 kg. Dengan demikian setengah sha’ setara dengan 1,625 kg atau 1,9 kg.


Cara Membayar Fidyah


1. Niat


Niat fidyah dilakukan ketika menyerahkan fidyah kepada fakir miskin atau kepada wakil atau setelah memisahkan beras yang hendak ditunaikan sebagai fidyah.


2. Waktu membayar fidyah


Cara membayar fidyah puasa adalah dilakukan minimal ketika sudah memasuki malam hari untuk setiap hari puasa di bulan Ramadhan atau setelahnya dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Fidyah dibayar harian dilakukan jika yang bersangkutan mampu membayar fidyah secara harian atau bertepatan dengan hari dia tidak berpuasa.
  2. Fidyah dibayar sekaligus untuk satu bulan atau di hari terakhir bulan Ramadhan.
  3. Fidyah dibayar kapan saja dalam arti tidak terpaku pada waktu tertentu.
  4. Fidyah dibayar di luar bulan Ramadhan.

Sumber:

Dalamislam.Com - Fidyah: Pengertian, Syarat dan Tata Cara Membayarnya

Panduan Lengkap Fidyah: Pengertian, Syarat, Niat & Cara Bayar Panduan Lengkap Fidyah: Pengertian, Syarat, Niat & Cara Bayar Reviewed by Tabib Wira on April 18, 2021 Rating: 5