Inilah Satu Kebiasaan Orang Tua yang Bisa Berakibat Fatal pada Tumbuh Kembang Anak
BINAJATI - Satu contoh kisah inspiratif berikut ini bisa menjadi motivasi bagi orang tua di dalam mendidik anak-anaknya. Siapkan tisu sebelum membacanya. Selamat menikmati!
Tangisnya pun meledak, pria paruh baya tersebut mengisahkan luka hidupnya. Ia menangis karena tak punya rasa rindu pada kedua orang tuanya.
Andai saja saya bukan keranjang masalahnya, tentu saja saya sudah terseret ke dalam arus dukanya.
Bertahun-tahun ia merantau, dan kurang lebih delapan belas tahun lamanya tak pernah pulang menjumpai kedua orang tuanya.
Ingin rasanya ia pulang kampung menemui kedua orang tuanya. Dan bersimpuh di hadapan kedua orang tuanya yang sekarang sudah tua renta. Namun perasaan itu telah tiada, kerinduan pada kedua orang tuanya entah kemana.
Dulu, semenjak anak-anak hingga menjelang remaja ia tak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Baca juga: Rahasia Terpendam Para Ahli Hakikat untuk Meraih Kasyaf dalam Berzikir
Dirinya selalu salah di mata orang tuanya. Selalu kalah prestasi dengan saudara-saudaranya yang lain.
Dari situlah ia merasa seperti dianak tirikan. Karena itulah ia memutuskan pergi dari rumah untuk mencari jati dirinya.
Waktu telah berlalu, ia pun akhirnya bisa menemukan jati dirinya. Namun kerinduan hatinya dengan rumah tempat ia di lahirkan telah tenggelam oleh egonya sendiri.
Dan sekarang ia merasa kebingungan karena orang tuanya yang sedang sakit menghendakinya untuk pulang ke rumah.
Di satu sisi ia ingin pulang karena panggilan nalurinya sebagai seorang anak. Namun di sisi lain hatinya masih terasa remuk-redam atas perlakuan kedua orang tuanya selama ini.
Astaghfirullah, hati saya terasa tersayat-sayat mendengar kisah hidupnya tersebut.
Tak banyak yang bisa saya sampaikan ke orang tersebut. Saya hanya mencoba menjadi pendengar yang baik dan memahami psikologisnya.
Alhamdulillah, setelah ia merasa tenang, baru saya mengingatkan dirinya untuk mengubur masa lalunya yang kelam dengan sebuah kebijaksanaan.
"Mungkin kedua orang tuamu pernah salah dengan tidak memberikan hakmu dulu semasih anak-anak. Namun akan lebih salah lagi jika dirimu yang sudah di usia dewasa ini menyimpan dendam pada kedua orang tuamu yang sudah renta" nasihat saya kepadanya.
Melihat pria paruh baya tersebut masih linglung, saya pun kembali menembak rasanya, "Bayangkanlah kedua orang tuamu saat ini yang telah renta. Jiwa raganya sudah tidak seperti dulu lagi. Lemah dan penuh pengharapan akan kehadiran anak-anaknya. Termasuk dirimu."
Pria paruh baya tersebut meledak lagi tangisnya mendengar nasihat saya.
Terbayang kedua orang tuanya yang sudah renta dan merindukannya. Terbayang dirinya ketika masih kecil tetap diberikan rejeki. Meskipun kurang kasih sayang, dan pendidikan yang memadai.
Photo © Bagus Prayitno |
"Saya ingin pulang. Tapi... " ego pria paruh baya tersebut kembali muncul.
Saya pun spontan memotong perkataannya, "Bila di hatimu belum juga ada kerinduan, maka demi Allah; berbaktilah kepada kedua orang tuamu semata-mata hanya untuk Allah ta'ala. Dengan begitu, bapak tidak akan pernah kecewa atas sikap kedua orang tuamu. Meski kebaktian bapak diabaikan begitu saja oleh kedua orang tuamu."
Alhamdulillah jalan terang untuk semuanya. Hikmah yang saya sampaikan dapat diterima oleh beliau. Beberapa hari kemudian saya pun diajak untuk ikut menemui kedua orang tuanya.
Dan saya menjadi saksi atas hujan tangis kerinduan yang turun di antara mereka. Teletabis (gumam saya)!
Fakta Tentang Pentingnya Kasih Sayang yang Bisa Memotivasi Anda para Orang Tua
Dari kisah nyata di atas, saya yakin masih banyak orang yang mengalami nasib serupa. Mungkin hanya bentuk alurnya saja yang berbeda, namun substansi permasalahannya tetap sama. Yaitu mengeringnya kasih sayang dalam sebuah keluarga.
© BINAJATI |
Tentang kasih sayang, saya jadi teringat pesan Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim,
Barang siapa tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi.Dalam hadis lainnya yang diriwayatkan Bukhari juga diceritakan, “Suatu saat Rasulullah mencium cucunya. Dan bersamaan itu ada seorang pembesar (Aqra’ bin Habis At-Tamimi) berkomentar: “Aku mempunyai sepuluh orang anak, tetapi tidak satu pun dari mereka yang pernah aku cium.” Dan Rasululullah SAW pun menjawabnya: “Apa dayaku bila Allah telah mencabut kasih sayang dari hatimu.”
Dalam Al Quran juga ditegaskan akan pentingnya mencurahkan kasih sayang pada anak-anak kita. Terutama ketika si anak belum dewasa. Perhatikan firman Allah berikut,
Wahai, Rabb-ku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil - Al-Isra, Ayat: 24Dari Al-Isra, Ayat: 24 sangat terang benderang untuk bisa kita petik hikmahnya. Bahwasanya do'a dan perhatian seorang anak akan berbanding lurus dengan sikap kedua orang tuanya. Baik dalam mendidik dan menyayangi anak-anaknya ketika masih kecil.
Semakin baik kedua orang tua dalam menyayangi dan mendidik anak-anaknya, maka akan semakin baik pula perhatian dan kasih sayang seorang anak terhadap kedua orang tuanya.
Sebaliknya bila seorang anak ditelantarkan, maka tidak menutup kemungkinan sikap seorang anak bisa menjadi seperti yang saya kisahkan di atas. Tak ada kerinduan pada kedua orang tuanya.
Wahai ayahku, sungguh engkau mendurhakaiku di waktu aku masih kecil. Maka aku pun mendurhakaimu dikala aku telah besar. Engkau menelantarkanku di waktu masih kecil. Maka aku pun menelantarkanmu di kala engkau tua nanti - Tuhfatul Maulud hal. 387, Ibnul QayyimJadi tidak sepenuhnya salah jika seorang anak tidak mempunyai rasa rindu kepada kedua orang tuanya.
Hal tersebut bisa terjadi bila kedua orang tua abai tidak memberikan hak pendidikan, dan kasih sayang kepada anak-anaknya ketika masih kecil.
Beruntung saja bagi orang tua ( yang abai) bila anak-anaknya bisa menemukan jati diri ketika sudah dewasa. Yaitu dengan pemahaman agama yang lurus dan akhlak mulia.
Walau tanpa kerinduan di hati, ia masih bisa berbakti kepada kedua orang tuanya. Karena yang ia cari adalah keridhaan dari Allah.
Hal Utama yang Harus Dipahami Orang Tua di Dalam Mendidik Anak
Sudah menjadi sunatullah, ketika seseorang memasuki usia tua akan mengalami penurunan dalam berbagai hal. Penurunan kekuatan fisik dan fikiran. Selain itu, bisa pula terserang kepikunan ketika menua.
Baca juga: Kisah Wali Allah yang Bisa Memotivasi Anda untuk Meraih KaramahNya
Meski begitu, satu hal yang tidak akan ikut menua (melemah) ketika seseorang memasuki usia senja. Yaitu keinginannya (nafsu).
Semakin menua, semakin tinggi pula ego dan keinginannya (nafsu). Kecuali orang-orang yang telah dirahmati-Nya.
Jadi jangan heran bila masih ada orang tua yang sudah menua kondisinya, namun semakin muda saja keinginannya. Pengin ngene-ngono (harta, tahta, cinta). Namun sayang beribu sayang, (terkadang) nafsu besar tenaga kurang (hmm).
Nah, dari situ kita bisa memahami akan kehendak alam. Kita tidak akan pernah tahu dengan hari tua kita (kelak).
Bisa jadi masa tua kita terkena stroke, kelumpuhan, pikun, dan sangat membutuhkan bantuan orang lain. Siapa lagi yang bisa kita harapkan baktinya?
Untuk itu, keteladanan adalah kunci utama untuk mencetak generasi yang shalih. Generasi shalih yang bisa berbakti kepada kepada kedua orang tuanya.
Hal tersebut bisa diwujutkan bila suami bisa menjadi teladan, istri patuh pada suaminya, dan anak-anak mendapatkan apa yang menjadi haknya. Baik itu hak dalam hal pendidikan, dan ungkapan kasih sayang.Dan hak pendidikan ts paling utama pada seorang anak adalah menjauhkannya dari lingkungan, dan pertemanan yang tidak baik.
Wallahu a'lam. Baca juga: Rahasia Terpendam dari Kekuatan Mata yang Tidak Banyak Diketahui Orang
Inilah Satu Kebiasaan Orang Tua yang Bisa Berakibat Fatal pada Tumbuh Kembang Anak
Reviewed by Tabib Wira
on
March 13, 2019
Rating: