Benarkah Berhubungan di Malam Jumat Bisa Bunuh 1000 Setan? Cek Adab & Waktu yang Utama
BINAJATI - Salah satu ibadah bagi pasangan suami istri yang mampu menghasilkan pahala yang luar biasa, baik di dunia maupun di surga nantia adalah hubungan bdn.
Dengan berhubungan, maka kebutuhan bi01og!5 dan psikologi suami istri bisa saling memenuhi satu sama lain.
2 Waktu yang Utama untuk Berhubungan Bdn, Ini Alasannya
Suami bisa berhubungan dengan i5trinya kapanpun. Kecuali pada waktu-waktu yang memang dilarang oleh agama. Tapi, ada waktu-waktu tertentu yang dapat melimpahkan pahala dan kemuliaan saat berhubungan dengan i5tri. Ada dua waktu yang akan mendatangkan kemuliaan yang lebih saat melakukannya.
Pertama, saat suami pulang dari bepergian jauh dan pada waktu yang cukup lama.
Tentunya, dua insan yang sudah sah menikah ini akan saling merindu satu sama lain. Maka, curahan rasa rindu di antara suami istri salah satunya dengan berhbngn.
Kedua, saat suami mendadak pulang dari suatu tempat karena ber9a!rah ketika ia berada di luar rumah. Maka tidak boleh ditunda lagi bagi suami istri harus segera brhbngn agar terhindar dari dosa besar (zina).
Menurut At-thihami dalam kitab “Qurratul Uyun”, berhubungan yang utama dilakukan pada saat permulaan waktu malam. Karena dengan begitu akan terdapat waktu yang panjang untuk mandi junub. Sedangkan jika berhubungan dilakukan pada akhir malam, maka waktu untuk mandi junub sangat sempit dan akan mengakibatkan tertinggalnya salat subuh berjama’ah. Dan jika berhubungan dilakukan di akhir malam, tentunya akan dilakukan usai tidur. Hal yang demikian ini pasti akan terjadi bau mulut yang tidak sedap sehingga dikhawatirkan akan mengurangi rasa dan menimbulkan rasa jijik.
Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang berhbngn dengan istrinya pada hari Jum’at, lalu ia mandi wajib dan pergi salat Jum’at pada awal waktu dengan berjalan dan tidak menaiki kendaraan, lalu mendekat kepada imam, mendengarkan khatib, dan tidak berkata-kata, setiap amal langkah sunnahnya akan mendatangkan pahala puasa sunnah dan salat malam baginya.” (HR. Abu dawud, Tirmidzi, nasai, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad).
Maka dari itu, hari jum’at adalah hari yang baik untuk berhubungan bdn, karena di dalamnya terkandung pahala yang luar biasa.
Oleh karena itu, hendaklah pasangan suami istri lebih selektif memilih waktu-waktu yang mulia untuk berhbngn. Dengan begitu, maka akan menghasilkan generasi unggul yang mampu menegakkan kalimat tauhid di masa yang akan datang.*
Benarkah Berhubungan Disunahkan pada Malam Jumat?
Banyak di masyarakat kita yang berpemahaman bahwa berhubungan di malam Jumat adalah sebuah sunnah. Namun, benarkah pemahaman demikian?
Dari Aus bin Aus, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at dengan mencuci kepala dan anggota badan lainnya, lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama, lalu ia mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah kakinya terhitung seperti puasa dan shalat setahun.” (HR. Tirmidzi no. 496. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ada ulama yang menafsirkan maksud hadits penyebutan mandi dengan ghosala bermakna mencuci kepala, sedangkan ightasala berarti mencuci anggota badan lainnya. Demikian disebutkan dalam Tuhfatul Ahwadzi, 3: 3. Bahkan inilah makna yang lebih tepat.
Ada tafsiran lain mengenai makna mandi dalam hadits di atas. Sebagaimana kata Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad,
Imam Ahmad berkata, makna ghossala adalah brhbngn dengan istrinya. Demikian ditafsirkan pula oleh Waki’.
Tafsiran di atas disebutkan pula dalam Fathul Bari 2: 366 dan Tuhfatul Ahwadzi, 3: 3.
Kalau kita lihat tekstual hadits di atas, yang dimaksud berhubungan adalah pada pagi hari pada hari Jum’at, bukan pada malam harinya. Sebagaimana hal ini dipahami oleh para ulama dan mereka tidak memahaminya pada malam Jum’at.
As Suyuthi dalam Tanwirul Hawalik dan beliau menguatkan hadits tersebut berkata: Apakah kalian lemas setelah brhbngn dengan istri kalian pada setiap hari Jum’at (artinya bukan di malam hari, -pen)? Karena berhubungan saat itu mendapat dua pahala: (1) pahala mandi Jum’at, (2) pahala menyebabkan istri mandi (karena selesai berhubungan). Yaitu hadits yang dimaksud dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari hadits Abu Hurairah.
Dan sah-sah saja jika mandi Jum’at digabungkan dengan mandi junub. Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Jika seseorang meniatkan mandi junub dan mandi Jum’at sekaligus, maka maksud tersebut dibolehkan.” (Al Majmu’, 1: 326)
Dikutip dari Rumaysho.Com, intinya, sebenarnya pemahaman kurang tepat yang tersebar di masyarakat awam. Yang tepat, yang dianjurkan adalah berhubungan pada pagi hari ketika mau berangkat Jumatan, bukan di malam hari. Tentang anjurannya pun masih diperselisihkan oleh para ulama karena tafsiran yang berbeda dari mereka mengenai hadits yang kami bawakan di awal.*
Bolehkah Berhubungan di Kamar Mandi?
Hubungan di kamar mandi akan membuat sulit membaca doa, seperti yang diajarkan berikut ini.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَقَالَ بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا . فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
“Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhbngn dengan istrinya, lalu ia membaca do’a: [Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa], “Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya” (HR. Bukhari no. 6388 dan Muslim no. 1434).
Di kamar mandi terlarang (baca: makruh) untuk berdzikir dikeraskan. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
أَنَّ رَجُلاً مَرَّ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَبُولُ فَسَلَّمَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ
“Ada seseorang yang melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya.” (HR. Muslim no. 370).
Alasan lainnya, hubungan dikamar mandi baiknya tidak dilakukan karena akan semakin mudah terlihat aurat apalagi kamar mandi seringkali dipakai banyak orang dan banyak yang lalu lalang, ditambah bisa jadi pintu kamar mandi tidak tertutup rapat.
Padahal aurat itu wajib ditutupi sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلاَّ مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ
“Jagalah (tutuplah) auratmu kecuali pada istri atau budak yang engkau miliki.” (HR. Abu Daud no. 4017 dan Tirmidzi no. 2794. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Juga anak-anak bisa jadi akan melihat tingkah laku orang tuanya di kamar mandi dan bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan. Ini akan membuat hubungan yang sebenarnya privasi, menjadi bukan rahasia lagi.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
“Sesungguhnya termasuk manusia paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang men99auli istrinya kemudian dia sebarkan rahasia t4 tidurnya.” (HR. Muslim no. 1437). Intinya, hubungan adalah hubungan rahasia, jangan sampai menjadi bukan rahasia kala anggota keluarga dan anak-anak menjadi tahu.
Mengenai hukum hubungan Pasutri di kamar mandi tidaklah terlarang. Jika ada yang melakukannya juga tidak ada kafarah yang mesti ditunaikan. Namun seperti itu menyelisihi adab (kesopanan). Masalah lainnya, ketika hubungan tidak bisa membaca sebelumnya dzikir yang masyru’ (doa hubungan Pasutri).”
Sumber:
• qurratuluyun | Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
• Rumaysho.Com
Kedua, saat suami mendadak pulang dari suatu tempat karena ber9a!rah ketika ia berada di luar rumah. Maka tidak boleh ditunda lagi bagi suami istri harus segera brhbngn agar terhindar dari dosa besar (zina).
Menurut At-thihami dalam kitab “Qurratul Uyun”, berhubungan yang utama dilakukan pada saat permulaan waktu malam. Karena dengan begitu akan terdapat waktu yang panjang untuk mandi junub. Sedangkan jika berhubungan dilakukan pada akhir malam, maka waktu untuk mandi junub sangat sempit dan akan mengakibatkan tertinggalnya salat subuh berjama’ah. Dan jika berhubungan dilakukan di akhir malam, tentunya akan dilakukan usai tidur. Hal yang demikian ini pasti akan terjadi bau mulut yang tidak sedap sehingga dikhawatirkan akan mengurangi rasa dan menimbulkan rasa jijik.
Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang berhbngn dengan istrinya pada hari Jum’at, lalu ia mandi wajib dan pergi salat Jum’at pada awal waktu dengan berjalan dan tidak menaiki kendaraan, lalu mendekat kepada imam, mendengarkan khatib, dan tidak berkata-kata, setiap amal langkah sunnahnya akan mendatangkan pahala puasa sunnah dan salat malam baginya.” (HR. Abu dawud, Tirmidzi, nasai, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad).
Maka dari itu, hari jum’at adalah hari yang baik untuk berhubungan bdn, karena di dalamnya terkandung pahala yang luar biasa.
Oleh karena itu, hendaklah pasangan suami istri lebih selektif memilih waktu-waktu yang mulia untuk berhbngn. Dengan begitu, maka akan menghasilkan generasi unggul yang mampu menegakkan kalimat tauhid di masa yang akan datang.*
Benarkah Berhubungan Disunahkan pada Malam Jumat?
Photo by shutterstock.com |
Dari Aus bin Aus, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at dengan mencuci kepala dan anggota badan lainnya, lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama, lalu ia mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah kakinya terhitung seperti puasa dan shalat setahun.” (HR. Tirmidzi no. 496. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ada ulama yang menafsirkan maksud hadits penyebutan mandi dengan ghosala bermakna mencuci kepala, sedangkan ightasala berarti mencuci anggota badan lainnya. Demikian disebutkan dalam Tuhfatul Ahwadzi, 3: 3. Bahkan inilah makna yang lebih tepat.
Ada tafsiran lain mengenai makna mandi dalam hadits di atas. Sebagaimana kata Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad,
Imam Ahmad berkata, makna ghossala adalah brhbngn dengan istrinya. Demikian ditafsirkan pula oleh Waki’.
Tafsiran di atas disebutkan pula dalam Fathul Bari 2: 366 dan Tuhfatul Ahwadzi, 3: 3.
Kalau kita lihat tekstual hadits di atas, yang dimaksud berhubungan adalah pada pagi hari pada hari Jum’at, bukan pada malam harinya. Sebagaimana hal ini dipahami oleh para ulama dan mereka tidak memahaminya pada malam Jum’at.
As Suyuthi dalam Tanwirul Hawalik dan beliau menguatkan hadits tersebut berkata: Apakah kalian lemas setelah brhbngn dengan istri kalian pada setiap hari Jum’at (artinya bukan di malam hari, -pen)? Karena berhubungan saat itu mendapat dua pahala: (1) pahala mandi Jum’at, (2) pahala menyebabkan istri mandi (karena selesai berhubungan). Yaitu hadits yang dimaksud dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari hadits Abu Hurairah.
Dan sah-sah saja jika mandi Jum’at digabungkan dengan mandi junub. Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Jika seseorang meniatkan mandi junub dan mandi Jum’at sekaligus, maka maksud tersebut dibolehkan.” (Al Majmu’, 1: 326)
Dikutip dari Rumaysho.Com, intinya, sebenarnya pemahaman kurang tepat yang tersebar di masyarakat awam. Yang tepat, yang dianjurkan adalah berhubungan pada pagi hari ketika mau berangkat Jumatan, bukan di malam hari. Tentang anjurannya pun masih diperselisihkan oleh para ulama karena tafsiran yang berbeda dari mereka mengenai hadits yang kami bawakan di awal.*
Bolehkah Berhubungan di Kamar Mandi?
Ilustrasi Kamar Mandi Photo Design by shutterstock.com |
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَقَالَ بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا . فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
“Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhbngn dengan istrinya, lalu ia membaca do’a: [Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa], “Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya” (HR. Bukhari no. 6388 dan Muslim no. 1434).
Di kamar mandi terlarang (baca: makruh) untuk berdzikir dikeraskan. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
أَنَّ رَجُلاً مَرَّ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَبُولُ فَسَلَّمَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ
“Ada seseorang yang melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya.” (HR. Muslim no. 370).
Alasan lainnya, hubungan dikamar mandi baiknya tidak dilakukan karena akan semakin mudah terlihat aurat apalagi kamar mandi seringkali dipakai banyak orang dan banyak yang lalu lalang, ditambah bisa jadi pintu kamar mandi tidak tertutup rapat.
Padahal aurat itu wajib ditutupi sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلاَّ مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ
“Jagalah (tutuplah) auratmu kecuali pada istri atau budak yang engkau miliki.” (HR. Abu Daud no. 4017 dan Tirmidzi no. 2794. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Juga anak-anak bisa jadi akan melihat tingkah laku orang tuanya di kamar mandi dan bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan. Ini akan membuat hubungan yang sebenarnya privasi, menjadi bukan rahasia lagi.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
“Sesungguhnya termasuk manusia paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang men99auli istrinya kemudian dia sebarkan rahasia t4 tidurnya.” (HR. Muslim no. 1437). Intinya, hubungan adalah hubungan rahasia, jangan sampai menjadi bukan rahasia kala anggota keluarga dan anak-anak menjadi tahu.
Mengenai hukum hubungan Pasutri di kamar mandi tidaklah terlarang. Jika ada yang melakukannya juga tidak ada kafarah yang mesti ditunaikan. Namun seperti itu menyelisihi adab (kesopanan). Masalah lainnya, ketika hubungan tidak bisa membaca sebelumnya dzikir yang masyru’ (doa hubungan Pasutri).”
Sumber:
• qurratuluyun | Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
• Rumaysho.Com
Benarkah Berhubungan di Malam Jumat Bisa Bunuh 1000 Setan? Cek Adab & Waktu yang Utama
Reviewed by Tabib Wira
on
September 22, 2022
Rating: