Ads Top

13 Aturan yang Harus Jadi Adab Murid pada Gurunya, Ini Manfaatnya

BINAJATI - https://binajati.blogspot.com

BINAJATI - Sebelum memutuskan siapa yang akan menjadi guru spiritual Anda, orang yang akan membimbing perjalanan ruhani Anda untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat, maka Anda harus memohon petunjuk-Nya agar dipertemukan dengan seorang guru yang terbaik.


Begitu pentingnya memilih seorang guru, sebagian ulama mengatakan,


هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم


“Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari mana kalian mengambilnya.”


Lalu siapa yang layak untuk Anda jadikan guru (ruhani)  dan apa ciri-cirinya? selengkapnya baca di sini:


• Cinta Tak Bersyarat Sang Kyai


• Inilah Tanda Kiai Langitan yang Bisa Anda Ikuti untuk Jadi Guru Sejatimu


Nah, itulah pentingnya kita memilih siapa guru ruhani yang akan kita tuntut ilmu dan keberkahannya.


5 Jenis Ulama di Tanah Jawa


Dua hal yang bisa mengundang rahmat Allah di dunia ini adalah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah ta'ala.


Jalan untuk menghantarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah adalah melalui para ulama (pewaris nabi).


Khusus di Indonesia, sejak dahulu kala para ulama telah berperan besar dalam menyebarkan agama Islam, dan membangun peradaban Islam.


Di masyarakat, para ulama mengambil perannya sesuai dengan keilmuan, dan gayanya masing-masing.


Semua itu dilakukan sebagai siasah dalam berda'wah. Sesuai analisis medan dakwah yang mereka hadapi.


Dari berbagai macam model da'wah para ulama di nusantara, maka lahirlah berbagai macam sebutan untuk para ulama. Hal ini disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya lokal setempat (khususnya di tanah Jawa), seperti yang dijelaskan Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan berikut ini:


Pertama, Kiai Tandur. Yaitu kiai yang berperan dalam nandur (red: menanam) bibit unggul generasi muda melalui pesantren, Madrasah Diniyyah dan berbagai macam lembaga pendidikan lainnya.


Kiai nandur mempunyai tugas pokok dalam berda'wah dengan mendidik dan mengajari santrinya tentang ilmu agama.


Tak lupa para kiai nandur membekali santri-santrinya dengan berbagai macam ketrampilan dan pengetahuan umum sebagai bekal mereka selesai mondok.


Kedua, Kiai Catur. Disebut kyai catur karena para kyai catur ikut dalam kontentasi politik praktis.


Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Terhadap Ahlul Bait Rasulullah? Hindari 3 Hal Ini


Para kiai catur berharap kiprahnya di politik praktis bisa ikut mewarnai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan membawa nilai-nilai Islam.


Ketiga, Kiai Tutur. Yaitu kyai yang medan da'wahnya di podium dengan sebuah pitutur (nasihat).


Biasanya para kiai pitutur menyampaikan risalah da'wah berbentuk ceramah. Baik ceramah di podium mushalla, masjid, dan tempat-tempat umum lainnya. 


Pada umumnya masyarakat menyebut kiai tutur dengan sebutan mubalik, ustad dan da'i.


Keempat, Kiai Sembur. Biasanya orang yang mendatangi kyai sembur mempunyai tujuan untuk berkonsultasi dari berbagai macam permasalahan hidup.


Selain itu juga meminta barokah doa untuk kesembuhan penyakit, kelancaran usaha, bisnis dan lain sebagainya.


Mereka meyakini kiai ini semburan doanya mustajab (ampuh). Kiai tipe ini biasanya dijuluki dengan sebutan kyai ahli suwuk atau ahli hikmah


Kelima, Kiai Wuwur. Mereka adalah para kiai yang menjadi rujukan dalam bidang fiqih.


Baca juga: Kyai Nyusu Gudel, Ini Kisahnya


Itulah 5 macam ulama seperti yang difatwakan Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan yang berpatokan pada QS. Fatir Ayat 28, "Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama."

Janganlah kalian tinggal di suatu negeri yang tidak ada ulama untuk bisa memberikan fatwa dalam masalah agama. Dan juga tidak ada thabib yang bisa memberitahukan akan kesehatanmu - Imam Syafi'i (rahimahullah)

Untuk itu pilihlah seorang ulama atau guru ruhani yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Misal ketika Anda butuh hikmah dan pencerahan batin, maka ulama ahli hikmah adalah pilihan yang tepat untuk Anda. Atau ketika anda perlu pencerahan masalah fiqih, maka ulama wuwur ahli fiqih adalah pilihan yang pas untuk memberikan fatwa kepada Anda.


Pentingnya Belajar & Ngalap Berkah pada Para Ulama Akhirat dengan Adab


BINAJATI - https://binajati.blogspot.com
Kajian Al-Habib Umar bin Hafidz - Alasan penting Anda harus ngalap berkah kepada para Ulama Akhirat, ini adabnya

Mengutip dari Muslim.Or.ID, guru merupakan aspek besar dalam penyebaran ilmu, apalagi jika yang disebarkan adalah ilmu agama yang mulia ini.


Para pewaris nabi begitu julukan mereka para pemegang kemulian ilmu agama. Tinggi kedudukan mereka di hadapan Sang Pencipta.


Ketahuilah, para pengajar agama mulai dari yang mengajarkan iqra sampai para ulama besar yang mengajarkan berbagai macam zikir, mereka semua itu ada di pesan Rasulullah SAW dalam sabdanya,


ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه


“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR. Ahmad)

 

Baca juga: Aturan Tawassul yang Benar, Ini Dalilnya yang Harus Anda Tahu


Tersirat dari perkatanya shallahu ‘alaihi wa salam, bahwa mereka para ulama wajib di perlakukan sesuai dengan haknya. Akhlak serta adab yang baik merupakan kewajiban yang tak boleh dilupakan bagi seorang murid.


DR. Umar As-Sufyani Hafidzohullah mengatakan, “Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk.”


Yes, itulah pentingnya adab pada guru agar mendapatkan keberkahan. Syaikh Abdullah al-Haddad mengklasifikasikan guru menjadi dua macam, yaitu:

Pertama syaikh al-tahkim, yaitu guru yang dijadikan panutan, guru yang membimbing ruhani, dan al Islam.

Kedua syaikh al-tabarruk, yaitu guru yang hanya dijadikan tabarruk (ngalap berkah) oleh seorang murid, bukan sebagai gurunya dalam membimbing ruhani dan al Islam. Misal Anda berguru al Islam pada guru A secara intens pada kiai, namun Anda juga berguru pada guru B hanya sekedar ngalap berkah atas kemuliannya sebagai seorang ulama.

Jadi, bedanya antara guru yang kita nisbahkan dengan sebutan syaikh al-tahkim dan syaikh al-tabarruk adalah dalam hal menuntut ilmu.


Seorang guru syaikh al-tahkim akan menguji kesungguhan muridnya, serta membimbingnya. Dan seorang murit wajib mengikuti metode pelajaran yang diberikan gurunya (syaikh al-tahkim).


Sedang untuk guru syaikh al-tabarruk tidak punya kewajiban membimbing pada murit yang hanya mencari keberkahan dari dirinya.


Maka bisa jadi kita mempunyai guru syaikh al-tahkim yang membimbing kira beberapa orang saja, namun kita bisa ngalap berkah pada guru syaikh al-tabarruk sebanyak-banyaknya.


Ohya, sikap murid kepada syaikh al-tahkim atau syaikh al-tabarruk dalam hal adab adalah sama. Harus bisa memuliakan mereka dengan adab.


Berkah apa saja yang bisa Anda dapatkan dari para ulama? Selengkapnya baca di sini: 7 Manfaat Memandang Wajah Para Ulama dan Orang Shalih


Nasihat Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari : 13 Adab Murid kepada Gurunya 


BINAJATI - https://binajati.blogspot.com
Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari - Sumber Photo: NU Online

Melansir dari laman Kesan.ID, KH. Hasyim Asy'ari memberikan 13 nasihat agar seorang menjadi murid yang beradab. Berikut 13 cara menjadi murid beradab tersebut:


1. Mematuhi aturan dan nasihat Guru


Murid harus menurut kepada gurunya dalam berbagai hal serta tidak keluar dari nasihat-nasihat dan aturan-aturannya. 


Jika diumpamakan, hubungan guru dan murid seperti hubungan pasien dengan dokter. Apabila si pasien sakit dan membutuhkan obat, maka ia harus merujuk pada resep obat yang dianjurkan dokter. 


Imam Ali pernah berkata, “Aku adalah hamba/abdi dari siapa pun yang mengajariku walaupun hanya satu huruf. Aku pasrah padanya. Entah aku mau dijual, dimerdekakan atau tetap sebagai seorang hamba.” 


Dalam pandangan kaum shufi, posisi murid di hadapan gurunya seperti jenazah di tangan orang yang memandikannya. Ia harus pasrah secara total, mau dimandikan dalam posisi bagaimanapun. Syekh Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan:


يتعين عليه الاستمساك بهديه والدخول تحت جميع أوامره ونواهيه ورسومه حتى يصير كالميِّت بين يدي الغاسل ، يقلبه كيف شاء

Seharusnya murid berpegangan kepada petunjuk gurunya, tunduk patuh atas segala perintah, larangan dan garis-garisnya, sehingga seperti mayit di hadapan orang yang memandikan, ia berhak dibolak-balik sesuka hati - Syekh Ibnu hajar al-Haitami, al-Fatawi al-Haditsiyyah, juz 1, hal. 56

Dengan demikian, seorang murid harus selalu berusaha keras untuk memperoleh ridha gurunya, dengan cara memberikan penghormatan dan merendahkan hati di hadapannya.


2. Memandang guru dengan pandangan kemuliaan


Murid hendaknya memandang guru sebagai sosok yang harus dimuliakan dan dihormati.


Pandangan yang demikian ini adalah cara yang paling dekat bagi murid agar ilmunya bermanfaat. Misalnya, murid tidak boleh memanggil guru menggunakan kata ganti "kamu" atau "mu". Namun, hendaknya memanggil dengan sebutan, misalnya, ya ustadzi, wahai guruku, wahai kiaiku, atau dengan sebutan yang lazim dengan budaya setempat, misal untuk orang Jawa bisa dengan kata ganti jenengan atau panjenengan.


3. Mengingat jasa-jasa Guru


Di samping mengetahui kewajibannya kepada guru, murid juga tidak boleh melupakan jasa-jasa gurunya. Misalnya, seorang murid setiap selesai salatnya ia bersedia mendoakan mereka. Baik ketika ia masih hidup atau setelah meninggal dunia.

Hendaklah seorang penuntut ilmu (murit) mendoakan gurunya sepanjang waktu. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya, dan menunaikan haknya apabila ia telah wafat -  Tadzkirah Sami’ hal. 91

Setelah wafat, hendaknya menyempatkan diri untuk berziarah ke makam gurunya untuk memohonkan ampun kepada Allah. Jika mampu, dianjurkan untuk bersedekah atas nama gurunya, agar pahala sedekah mengalir kepada guru tersebut. 


4. Menghormati keturunan dan orang-orang terdekat guru


Selain menghormati pribadi gurunya, murid juga diajarkan untuk menjaga keturunan gurunya, para kerabatnya, dan orang-orang yang dikasihinya. 

Apabila ada orang yang berbuat baik kepadamu, maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak mampu membalasnya, maka doakanlah orang yang telah berbuat baik kepadamu hingga engkau merasa sudah membalasnya dengan balasan yang setimpal - HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, as-Shohihah 254

Di samping itu, dianjurkan juga untuk menjaga kebiasaan positif yang telah dilakukan oleh gurunya, baik dalam masalah agama atau dalam masalah keilmuan.


5. Sabar menghadapi guru


Ketika seorang guru tidak sedang dalam kondisi terbaiknya. Misalnya, sedang lesu, lelah, marah, sakit, dan salah. Seorang murid hendaknya dapat memaklumi kondisi gurunya tersebut. 


Baca juga: 4 Alasan Utama Orang Tua Wajib Ajarkan Adab Kepada Anaknya


Apabila guru menghukum sang murit atau seorang guru diam ngga mau berbicara, maka hal pertama yang dilakukan oleh sang murid adalah meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya. Karena telah membuat sang guru marah dan menyebabkan sang guru harus menghukumnya.


6. Meminta izin 


Bagi murid ketika tidak dapat mengikuti kajian gurunya, hendaknya ia meminta izin terlebih dahulu kepada gurunya. Atau hal-hal lainnya yang berkaitan dengan majelis ilmunya sudah seharusnya meminta ijin terlebih dahulu kepada gurunya.


7. Duduk bersama Guru dengan sopan


Apabila murid duduk di hadapan guru, maka sebaiknya ia duduk dengan posisi yang baik. Jaga kesopanan, misal mau meninggalkan majelis ilmunya karena mau ke belakang (pipis) atau hal-hal urgen lainnya, maka mintalah ijin terlebih dahulu.


Kalau mau kentut / buang angin, maka ia wajib menyingkir dari guru atau majelisnya terlebih dahulu.


Di dalam majelis atau disaat bersama sang guru secara pribadi, murid tidak diperkenankan menengok kanan-kiri yang tidak perlu. Apalagi asyik bermain handphone yang tidak penting atau sesuatu yang bisa ditunda. Karena kesan yang timbul adalah tidak memperhatikan sang guru.


8. Berbicara yang baik 


Murid hendaknya berbicara dengan perkataan yang halus dan sopan. Kalau pun tidak sepakat dengan pendapat sang guru hendaknya bicara dengan lemah lembut dan sopan, serta tidak menggurui atau menyakiti gurunya. Misalnya dengan berkata, “Mohon maaf guru, bolehkah saya bertanya atau menyampaikan pandangan saya?”. 


Hindari berkata dan bertanya yang provokatif seperti, "Saya tidak setuju, mana referensinya!" Tapi bertanyalah secara sopan seperti, “Kalau saya ingin mendalami hal itu, buku rujukan apa yang sebaiknya saya baca, guru?” 


Dengan demikian sang guru pun akan memberikan sumber referensi yang dimaksud tanpa merasa diragukan kualitas keilmuannya di hadapan para muridnya.


9. Mendengarkan dengan 5eksama


Apabila sang guru sedang menjelaskan, sang murid wajib diam dan memperhatikan dengan seksama penjelasan guru. Seolah-olah ia betul-betul menginginkan ilmu dari gurunya.


Dan yang terpenting adalah ada keinginan dan ghirah ingin tahu terhadap apa-apa yang diajarkan oleh gurunya. Misalnya, senantiasa aktif bertanya atau mencatat pokok-pokok penting pelajaran.


10. Tidak menyela guru saat menjelaskan


Saat guru sedang menjelaskan pelajaran atau nasihat, sang murid dilarang untuk memotong pembicaraan gurunya. Alangkah baiknya jika sang murid bersabar sampai sang guru selesai menjelaskan atau diperkenankan untuk bertanya atau berbicara.


11. Tidak membuat forum dalam forum


Saat guru sedang menjelaskan suatu pelajaran atau sedang berbicara kepada orang lain, maka murid juga tidak diperkenankan berbincang-bincang atau berdiskusi dengan orang lain.


12. Mengulurkan tangan kepada Guru


Ketika hendak memberikan sesuatu, sebaiknya sang murid mengulurkan tangannya agar sang guru mudah menerima barang-barang itu. Pada intinya, sang murid tidak diperkenankan sampai menyusahkan gurunya. Atau, tidak diperkenankan memberikan sesuatu kepada gurunya dengan cara melempar benda tersebut.


13. Tidak mendahului saat berjalan


Saat sedang berpapasan di jalan, hendaknya sang murid mengucapkan salam terlebih dahulu dan menyalami gurunya.


Saat sedang berjalan bersama dalam satu jalan yang sama, hendaknya ia berada di belakang gurunya. Atau, jika memungkinkan, berdiam sejenak sampai sang guru sampai ke tempat tujuannya. Sang murid hendaknya tidak berjalan beriringan atau jangan sampai mendahului gurunya sebab itu akan membelakangi sang guru, kecuali atas seijin gurunya.


Hakikat Adab pada Guru


BINAJATI - https://binajati.blogspot.com
Indahnya Adab - Sumber Photo: Instagram.Com

Faktanya, 70 persen keberhasilan santri atau seorang murid dikarenakan adab kepada gurunya dan 30 persen karena kesungguhannya.


Para ulama hakikat mengatakan, "Ilmu bisa menjadi berkah dan bermanfaat bila ada hubungan batin yang kuat (tawaduk, akhlak, adab dan prasangka baik) antara murid dengan gurunya."


Bahkan di dalam tradisi pesantren ada kebiasaan yang utama sebelum mempelajari sebuah kitab. Yaitu dengan mengirimkan Al Fatihah kepada penulis kitab (sebelum dikaji). Dengan begitu ilmu yang didapat dari mengkaji kitab bisa menjadi barokah dan bermanfaat.


Sesungguhnya apa yang kita cari dan kita tuju ada pada hati guru kita. Hubungan batin antara seorang murit dengan gurunya yang dihiasi dengan rasa tawaduk, adab dan akhlak menjadi pintu utama untuk bisa mendapatkan keridhaan Allah (Sang Pemilik Ilmu). Guru ridha, Allah pun ridha.


Rahasianya, menyebut dan menaruh rasa hormat kepada orang-orang yang mulia pribadinya bisa membangkitkan kemuliaan dalam diri seseorang. Terlebih orang mulia tersebut adalah guru (ruhani) kita.


Mencintai jiwa-jiwa yang sudah tercerahkan akan membangkitkan jiwa untuk mendapatkan pencerahan.


Hubungan batin yang kuat antara guru dan murit hanya bisa didapatkan bila bertemu langsung dengan Sang Guru.


Hubungan batin yang kuat antara murit dan guru lazimnya seperti hubungan antara orang tua dengan anaknya.


Baca juga: 1 Hal yang Harus Dimiliki Seorang Santri Agar Sukses Dalam Menuntut Ilmu


Seperti layaknya seorang ibu yang memberikan ASI kepada anak-anaknya. Seorang guru akan menyuapi cahaya dari Tuhan kepada murit-muritnya penuh cinta-kasih.


Apabila anaknya kotor oleh debu dan lumpur dosa, maka seorang ulama (guru) akan memandikanya dengan memohonkan ampun atas kesalahan muritnya tersebut.


Begitu pula apabila hati muritnya kotor, maka sang guru akan bersegera  membersihkanya. Karena guru adalah yang paling tahu akan kadar dan kwalitas perjalanan ruhani murit-muritnya.


Untuk itu tetap tawaduk dan rendah hatilah dalam menuntut ilmu. Dan hal ini hanya bisa didapatkan dengan pertemuan langsung dengan Sang Guru. Seperti yang disabdakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berikut, "Sesungguhnya kedudukanku terhadap kalian seperti kedudukan seorang ayah, aku mengajari kalian semua." (HR. Abu Dawud no. 8, Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, 1/173)


Penutup


BINAJATI - https://binajati.blogspot.com
Sumber Photo: Wira Sang, Admin BINAJATI

Seorang guru mengajarkan adab kepada murit-muritnya bukan karena ia minta dihormati dan dimuliakan. Karena sesungguhnya tanpa penghormatan muritnya pun ia sudah dimuliakan oleh Allah atas ilmunya (keulamaannya).

Seorang guru mengajarkan adab kepada murit-muritnya karena cinta dan tanggung jawabnya kepada murit-muritnya. Sebab seorang guru tahu, ilmu yang ia sampaikan akan berkah dan bermanfaat bila ada adab antara murid dengan gurunya.

Dengan jalan adab kepada gurunya, maka selain ilmunya menjadi berkah juga akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah. Dan rasa syukur itu dimulai dengan cara berterima kasih kepada gurunya.


Murid yang tidak tahu adab kepada gurunya, sesungguhnya ia adalah seorang alim namun pencuri. Jauh dari berkah, dan jauh dari manfaat atas ilmu yang diperoleh dari gurunya. Karena ridhanya ilmu ada pada gurunya.


Murid yang tidak tahu adab kepada gurunya adalah orang yang tidak bisa bersyukur. Orang yang tidak bisa bersyukur, pastilah ia bukan orang yang jujur (Nikmat mana yang kau dustakan).


Dan orang yang tidak bisa bersukur suatu saat pasti akan berkhianat. Contoh, kebaikan gurumu yang tiada tara akan hilang begitu saja karena satu hal kekurangannya. Satu kekurangannya itulah yang akan menjadikanmu berkhianat bila engkau tidak mampu bersyukur. Maka jadilah kau kufur!

Sifatnya manusia kufur, pasti dia nggak akan tahuu berterima kasih. Sepuluh kali kau bantu dia, tapi jika satu kali aja kau nggak bisa bantu dia, atau apalah-apalah, maka jeleklah kau di matanya. Lupa dia dengan yang sepuluh.

Nah, ngeri-ngeri sedap bukan, dampaknya bila tidak punya adab pada guru. Untuk itu mulailah dengan adab dalam menuntut ilmu. Kalau orang jawa bilang, golek ngelmu nganggo ngilmu , yang artinya: carilah ilmu dengan ilmu, yaitu dimulai dengan adab.


Maka di bulan syawal ini adalah momentum yang pas untuk belajar adab. Seperti saat lebaran kemarin, adabnya seorang murit (pria) adalah berlebaran dengan orang tuanya, terus dilanjutkan kepada guru-gurunya. Karena sesungguhnya guru kita adalah orang tua kita juga (orang tua ruhani).


Seandainya terhalang jarak, ruang dan waktu karena keadaan. Misal terhalang mudik karena larangan pemerintah (efek corona virus), maka silaturahmi bisa diganti dengan telephone. Dan kepepetnya hanya bisa dengan chat, sebaiknya gunakanlah bahasa Anda sendiri (lebih terasa di hati); jangan copas ucapan lebarannya, karena itu ngga ada kesan dari hati Anda (hanya basa basi saja).

Para wali yang sudah meninggal saja engkau ziarahi, tapi mengapa para wali yang masih hidup (guru dan orang tuamu) engkau abaikan. Selengkapnya baca di sini: Rahasia Luar Biasa dari Keberkahan Adab Sowan & Mencium Tangan Kiai

Faktanya, ada juga muritnya Si Nganu yang masa bodoh dengan adab. Lebaran ngga ada kabarnya. Baik kunjungan langsung atau  sekedar telephone. Itulah gambarannya seorang alim tapi mencuri. Dan  masih banyak lagi contoh-contoh murit yang tidak mau tahu tentang adab. 

Tidak sedikit yang bahkan tidak tau dan tidak mau tahu, apa & bagaimana adab dan akhla murid kepada guru. Baik ketika gurunya masih ada ataupun sudah tiada. Ketahuilah, murid yang adab dan akhlaknya baik kepada gurunya, maka hidupnya akan barokah di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, murit yang menyakiti hati gurunya, maka hidupnya akan jauh dari barokah. Untuk itu, mari terus belajar dengan adab, jangan pernah merasa telah tamat sebelum sampai di liang lahat. Beradablah, berakhlaklah, berani mengenal diri dan pandai menempatkan diri!!!

Yes, dari tradisi syawalan dengan mengunjungi orang tua dan guru-guru kita dengan uluk salam berlebaran dan mohon maaf mengandung hikmah yang luar biasa. Di antaranya adab, dan mengembalikan fitrah cinta antara seorang guru dengan para muritnya. Karena bisa jadi fitrahnya cinta itu tertutup oleh sebab su'ul adab. Maka datangilah guru-guru kita penuh dengan cinta, maka Anda akan pulang membawa keberkahan dari guru (ngalap berkah).


Penyusun: Wira Sang al faqir ilallah

13 Aturan yang Harus Jadi Adab Murid pada Gurunya, Ini Manfaatnya 13 Aturan yang Harus Jadi Adab Murid pada Gurunya, Ini Manfaatnya Reviewed by Tabib Wira on June 01, 2021 Rating: 5