Rahasia Luar Biasa dari Sikap Saling Memaafkan, inilah Keajaiban yang Anda Dapatkan
BINAJATI - Tak perlu menunggu di hari lebaran untuk meminta maaf. Dan tak usah jual mahal untuk memberikan maaf.
Rasulullah saja berlemah lembut,dan berkasih sayang dengan umatnya. Beliau tak segan memohon ampunan Allah, meski sudah terjamin dari perbutan dosa. Karena kelemah lembutan itulah, maka sudah bisa dipastikan beliau (Rasulullah SAW) sangat biasa memberi dan meminta maaf pada sahabat-sahabatnya.
Meminta maaf dan memberi maaf bukanlah perkara mudah. Meminta maaf itu sangat sulit bagi orang-orang yang merasa sudah benar dan diliputi sikap gengsi untuk meminta maaf.
Meminta maaf dan memberi maaf bukanlah perkara mudah. Meminta maaf itu sangat sulit bagi orang-orang yang merasa sudah benar dan diliputi sikap gengsi untuk meminta maaf.
Gengsi! Ya, karena sikap itulah yang membuat lidah terasa kaku seperti dipaku untuk meminta maaf. Gengsi karena takut citra jatuh dengan meminta maaf pada orang-orang yang levelnya lebih rendah dari kita. Dan gengsi karena sudah merasa sudah benar.
Begitu pun dengan memberi maaf. Akan sangat sulit dilakukan jika hati sudah mengkristal rasa dendam.
Begitu pun dengan memberi maaf. Akan sangat sulit dilakukan jika hati sudah mengkristal rasa dendam.
Memang tidak mudah memberi maaf pada orang yang sudah menyakiti hati kita. Apalagi pada orang yang sudah memfitnah dan mempermalukan kita di hadapan orang banyak. Wuih, sakitnya tuh di sini ya (hati).
Bila mengikuti hawa nafsu, kemarahan kita tiada habis-habisnya. Dan ujung-ujungnya adalah sikap mendendam.
Marah dan sebel boleh-boleh saja pada orang-orang yang sudah berbuat culas pada diri kita. Tapi tidak kudu dipelihara kan itu rasa dendam? Selain capek hati, juga bisa menyebabkan keras hati. Dan kalau hati sudah sakit (karena nafsu), siap-siap saja badan juga ikutan sakit. Karena hati yang sakit oleh dendam menyebabkan stres (negatif).
Kalau hati sudah mendendam, hidup ini terasa sempit.
Marah dan sebel boleh-boleh saja pada orang-orang yang sudah berbuat culas pada diri kita. Tapi tidak kudu dipelihara kan itu rasa dendam? Selain capek hati, juga bisa menyebabkan keras hati. Dan kalau hati sudah sakit (karena nafsu), siap-siap saja badan juga ikutan sakit. Karena hati yang sakit oleh dendam menyebabkan stres (negatif).
Kalau hati sudah mendendam, hidup ini terasa sempit.
Bayangkan, apa jadinya jika kita malas masuk kantor gara-gara sakit hati pada atasan yang galak, dan teman sejawat yang suka usil? Bagaimana jadinya jika kita sebagai lelaki males shalat berjamaah ke masjid gara-gara malas bertemu jamah lainnya yang pendengki? Dan pasti akibatnya produktifitas kita menurun, gairah untuk beramal menurun. Sukses pun menjauh.
Dari semua paparan di atas, coba kita belajar memaafkan dan meminta maaf. Kita bisa belajar dari kisah Nabi Yusuf AS tentang peran pentingnya untuk memberi maaf sebagai jalan meraih kebahagian.
Dari semua paparan di atas, coba kita belajar memaafkan dan meminta maaf. Kita bisa belajar dari kisah Nabi Yusuf AS tentang peran pentingnya untuk memberi maaf sebagai jalan meraih kebahagian.
Meski disakiti, dijauhkan dari keluarganya dengan dibuang ke dalam sumur, namun Nabi Yusuf AS tidak mendendam kepada saudara-saudaranya yang telah berbuat makar pada dirinya.
Kisah Nabi Yusuf AS tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an Surat Yusuf Ayat 92 sebagai teladan umat setelahnya tentang keutamaan memberi maaf, “........ Pada hari ini tidak ada lagi cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang dari para penyayang.”
Dengan semangat memaafkan itulah, Nabi Yusuf AS bisa meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat. Di dunia meraih kemuliaan dan tidak diganggu lagi oleh saudara-saudaranya. Dan di akhirat, Allah menjanjikan Surga para Nabi.
Kisah lain, semangat memaafkan bisa kita contoh dari kesabaran Nabi Muhammmad SAW dari gangguan da’wah yang beliau gelorakan. Karena semangat memaafkan itulah, Islam mampu terang benderang sampai akhir jaman.
Di sisi lain, Umat Islam (Indonesia) sekarang pun sering kali mendapat ujian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika Al-Qur’an dihina, Agama Allah menjadi olok-olok para kafir dan liberalis. Alhamdulillah, sering kali pula hinaan terhadap Islam menjadi ajang Umat Islam untuk intropeksi dan semangat untuk memberi maaf. Karena memaafkan adalah kewajiban, dan menempuh jalur hukum (hukum positif) terhadap orang yang telah menistakan Agama Islam adalah hak Umat Islam. Hak yang kudu ditegakaan demi meraih kemaslahatan Agama Allah. Agar tidak ada lagi yang menistakan Agama Allah (Islam).
Pola Hidup Sehat dan Bahagia dengan Saling Memaafkan
Dengan semangat memaafkan itulah, Nabi Yusuf AS bisa meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat. Di dunia meraih kemuliaan dan tidak diganggu lagi oleh saudara-saudaranya. Dan di akhirat, Allah menjanjikan Surga para Nabi.
Kisah lain, semangat memaafkan bisa kita contoh dari kesabaran Nabi Muhammmad SAW dari gangguan da’wah yang beliau gelorakan. Karena semangat memaafkan itulah, Islam mampu terang benderang sampai akhir jaman.
Di sisi lain, Umat Islam (Indonesia) sekarang pun sering kali mendapat ujian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika Al-Qur’an dihina, Agama Allah menjadi olok-olok para kafir dan liberalis. Alhamdulillah, sering kali pula hinaan terhadap Islam menjadi ajang Umat Islam untuk intropeksi dan semangat untuk memberi maaf. Karena memaafkan adalah kewajiban, dan menempuh jalur hukum (hukum positif) terhadap orang yang telah menistakan Agama Islam adalah hak Umat Islam. Hak yang kudu ditegakaan demi meraih kemaslahatan Agama Allah. Agar tidak ada lagi yang menistakan Agama Allah (Islam).
Sebagai praktisi kesehatan, para pasien yang bisa mengikuti anjuran saya untuk semangat saling memaafkan akan lebih cepat sembuh dalam proses pengobatan. Bagi orang yang sehat pun sama. Hidup akan lebih bahagia dan lebih sehat (bugar) dengan saling memaafkan.
Sifat pemaaf dan meminta maaf akan memicu terciptanya keadaan lebih baik. Seperti harapan, kesabaran, percaya diri, dan hidup lebih semangat. Sebaliknya, sifat mendendam yang dipelihara akan menyebabkan dampak ragawi (sakit).
Itulah sebabnya kita harus terus belajar saling memaafkan.
Sifat pemaaf dan meminta maaf akan memicu terciptanya keadaan lebih baik. Seperti harapan, kesabaran, percaya diri, dan hidup lebih semangat. Sebaliknya, sifat mendendam yang dipelihara akan menyebabkan dampak ragawi (sakit).
Itulah sebabnya kita harus terus belajar saling memaafkan.
Tidak ada manusia yang bisa lepas dari perbuatan salah. Baik sengaja maupun tidak disengaja. Karena bisa jadi sekarang kita benar, dan bisa jadi pula besok kita yang berbuat salah. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk berani saling memaafkan. Seperti halnya kita memaafkan diri kita sendiri.
Sebesar apapun kesalahan yang kita perbuat, sebesar itu pula kita bisa memaafkan diri kita sendiri. Seperti itu juga seharusnya kita bisa memaafkan orang lain.
4 Langkah Mudah untuk Bisa Saling Memaafkan
4 Langkah Mudah untuk Bisa Saling Memaafkan
1. Muhasabah
Pahami akan jati diri kita sebagai manusia yang ada kalanya benar dan ada kalanya salah.
Pahami bahwa Tuhan pemilik jiwa kita saja Maha Pemaaf. Dan sudah sepantasnya kita bisa saling memaafkan. Seperti firman-Nya dalam Qur’an Surat An Nuur Ayat 24, “...Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampuni dosamu? Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
2. Melihat akibat
Dengan jujur, kita lihat akibatnya ketika kita tidak mau meminta maaf. Tentu perbuatan salah kita akan menjadi bumerang dalam kehidupan sesama manusia. Dan yang pasti, bisa mengundang murka Allah.
Dengan jujur kita lihat dampaknya jika pelit memberi maaf. Bisa memutuskan silaturahmi. Sesuatu yang tidak disukai oleh Allah tentunya. Dan dampak terbesar menjadikan hidup menjadi sempit, kesuksesan menjadi terlewatkan. Allah Yang Maha Pengampun menutup pintu-pintu rahmat-Nya.
3. Melihat dari sudut pandang berbeda
Kalau posisi kita yang salah, lihat sisi lemah kita sebagai manusia; berani berbuat salah dan harus juga berani meminta maaf. Dan seandainya kita yang tersakiti untuk memberi maaf, lihatlah saudara kita itu bukanlah malaikat yang bisa lepas dari kesalahan.
2. Melihat akibat
Dengan jujur, kita lihat akibatnya ketika kita tidak mau meminta maaf. Tentu perbuatan salah kita akan menjadi bumerang dalam kehidupan sesama manusia. Dan yang pasti, bisa mengundang murka Allah.
Dengan jujur kita lihat dampaknya jika pelit memberi maaf. Bisa memutuskan silaturahmi. Sesuatu yang tidak disukai oleh Allah tentunya. Dan dampak terbesar menjadikan hidup menjadi sempit, kesuksesan menjadi terlewatkan. Allah Yang Maha Pengampun menutup pintu-pintu rahmat-Nya.
3. Melihat dari sudut pandang berbeda
Kalau posisi kita yang salah, lihat sisi lemah kita sebagai manusia; berani berbuat salah dan harus juga berani meminta maaf. Dan seandainya kita yang tersakiti untuk memberi maaf, lihatlah saudara kita itu bukanlah malaikat yang bisa lepas dari kesalahan.
Lihatlah dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin ia berbuat salah kepada kita karena tidak sengaja, karena kebodohannya, atau karena kepepet untuk berbuat salah.
4. Saling emaafkan dengan tulus untuk sebuah kemuliaan
Kita harus sadar, bahwa memberi dan meminta maaf adalah sikap batin yang Allah suka. Allah menyukai hamba-Nya yang bersegera memohon ampunan. Seperti halnya istighfar, meminta maaf pada orang lain akan membawa keutamaan di dunia dan di akhirat.
Dengan memberi maaf tentu lebih dasyat lagi keutamaannya. Seperti fadhilah sedekah, memberi tentu akan lebih utama dari meminta. Allah pun menjanjikan keutamaan bagi orang-orang yang tulus memberi maaf. Dan Allah pun memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang berhati lapang. Seperti dijelaskan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 263, “Perkataan baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan. Allah Maha Kaya dan Maha Penyantun.”
Disusun dengan cinta, oleh Wira Sang
4. Saling emaafkan dengan tulus untuk sebuah kemuliaan
Kita harus sadar, bahwa memberi dan meminta maaf adalah sikap batin yang Allah suka. Allah menyukai hamba-Nya yang bersegera memohon ampunan. Seperti halnya istighfar, meminta maaf pada orang lain akan membawa keutamaan di dunia dan di akhirat.
Dengan memberi maaf tentu lebih dasyat lagi keutamaannya. Seperti fadhilah sedekah, memberi tentu akan lebih utama dari meminta. Allah pun menjanjikan keutamaan bagi orang-orang yang tulus memberi maaf. Dan Allah pun memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang berhati lapang. Seperti dijelaskan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 263, “Perkataan baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan. Allah Maha Kaya dan Maha Penyantun.”
Disusun dengan cinta, oleh Wira Sang
Rahasia Luar Biasa dari Sikap Saling Memaafkan, inilah Keajaiban yang Anda Dapatkan
Reviewed by Tabib Wira
on
May 11, 2021
Rating: